AMBON (info-ambon.com)- Meyse Stela Taraudu, 22 tahun, tak pernah menyangka bahwa keputusannya menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak usia remaja akan memberinya rasa aman dan kepastian dalam berbagai situasi darurat medis. Warga Kabupaten Maluku Tenggara ini telah terdaftar sebagai peserta JKN sejak tahun 2015, awalnya sebagai tanggungan orang tuanya yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Dulu saya ikut sebagai tanggungan orang tua. Setelah saya bekerja, status kepesertaan saya dialihkan menjadi peserta mandiri lewat perusahaan tempat saya bekerja,” ujar Meyse kepada info-ambon.com, Selasa, (1/7/2025).
Keputusan itu menjadi sangat berarti dalam perjalanan hidupnya.
Sejak duduk di bangku SMA, Meyse telah merasakan manfaat langsung dari program JKN. Ia pertama kali dirawat di rumah sakit di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, karena menderita tifus.
Sejak pengalaman pertama itu, Meyse terus merawat kesehatannya. Namun, tekanan kuliah dan kesibukan kerja membuatnya beberapa kali harus kembali menggunakan layanan kesehatan. Salah satunya adalah saat ia tengah menyusun proposal di bangku kuliah. Kurang tidur, pola makan tak teratur, dan stres memicu serangan penyakit asam lambung (GERD).
“Saya baru selesai ujian proposal waktu itu. Karena terlalu fokus dan kurang istirahat, dua hari kemudian saya langsung jatuh sakit. Akhirnya dirawat di Rumah Sakit Leimena Ambon,” kenangnya.
Baru-baru ini, penyakit asam lambungnya kambuh lagi. Saat bertugas dalam kegiatan posyandu keliling di bawah terik matahari, Meyse tiba-tiba merasa pusing dan lemas, hingga akhirnya pingsan. Ia segera dibawa ke Puskesmas Larat Kei untuk pertolongan pertama, dan kemudian dirujuk ke RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.
“Waktu itu saya harus dirawat selama tiga hari. Tapi selama proses perawatan, semuanya berjalan lancar. Saya tidak dikenakan biaya sepeser pun,” ujar Meyse.
Menurut Meyse, pelayanan yang ia terima di rumah sakit maupun puskesmas tidak pernah dibedakan, baik dari sisi administrasi maupun tindakan medis. Ia merasa para tenaga medis sangat profesional, ramah, dan transparan dalam menyampaikan prosedur layanan JKN.
“Banyak orang bilang peserta JKN diperlakukan berbeda, tapi saya tidak merasakan itu. Semua dilayani sama. Saya juga tidak pernah diminta biaya tambahan. Semua ditanggung penuh oleh BPJS Kesehatan,” tuturnya.
Melalui berbagai pengalaman tersebut, Meyse semakin yakin bahwa Program JKN sangat penting bagi setiap warga negara. Ia merasa bahwa apa yang ia rasakan bisa juga dirasakan oleh masyarakat lain, asalkan status kepesertaannya aktif.
“Saya selalu bilang ke orang-orang yang saya temui, apalagi yang sedang sakit, untuk ikut JKN. Saya sudah buktikan sendiri, manfaatnya nyata. Apalagi untuk masyarakat yang kurang mampu, ini sangat membantu,” katanya.
Ia berharap Program JKN terus berlanjut dan diperkuat, karena keberadaannya telah menjadi penopang bagi jutaan rakyat Indonesia dalam mengakses layanan kesehatan yang layak.
“Dengan JKN, saya merasa aman. Tidak khawatir kalau harus ke rumah sakit. Semua orang harus terdaftar agar bisa merasakan hal yang sama seperti saya,” pungkas Meyse. (EVA DOLHALEWAN)
Discussion about this post