AMBON (info-ambon.com)- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku mencatat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 1,88 persen pada Juni 2025 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)mencapai 109,81.
Inflasi bulanan (month-to-month/mtm) tercatat sebesar 0,97 persen, sementara secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2025 (year-to-date/ytd) mencapai 2,64 persen.
Kepala BPS Maluku, Maritje Pattiwaellapia, menjelaskan, kenaikan harga terbesar berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang melonjak sebesar 6,22 persen, disusul oleh kelompok kesehatan sebesar 5,77 persen.
“Ini menunjukkan adanya tekanan dari sisi pengeluaran non-makanan, terutama jasa yang sangat berkaitan dengan gaya hidup dan kebutuhan pasca-pandemi,” kata Maritje dalam rilis tertulis yang diterima Redaksi info-ambon.com di Ambon, Selasa, (1/7/2025).
Kelompok lain yang turut menyumbang inflasi adalah penyediaan makanan dan minuman/restoran(3,65 persen), makanan, minuman, dan tembakau (2,95 persen), serta rekreasi, olahraga, dan budaya (1,88 persen).
Kenaikan juga tercatat di perlengkapan rumah tangga (1,59 persen), pendidikan (0,70 persen), pakaian dan alas kaki (0,56 persen), serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga(0,22 persen).
Sementara itu, terdapat dua kelompok pengeluaran yang justru mengalami penurunan harga.
Kelompok transportasi mencatat deflasi sebesar 1,47 persen, dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun 0,22 persen.
Inflasi yoy tertinggi terjadi di Kabupaten Maluku Tengah sebesar 2,30 persen (IHK 108,00), sedangkan yang terendah tercatat di Kota Ambon dengan 1,62 persen (IHK 110,87).
Menurut BPS, tekanan inflasi ini perlu diwaspadai, terutama menjelang Hari Raya Idul Adha dan awal tahun ajaran baru, dua momen yang secara historis kerap meningkatkan permintaan barang dan jasa.
“Pemerintah daerah perlu mengantisipasi potensi lonjakan harga, khususnya pada komoditas yang sensitif dan sektor jasa yang menunjukkan tren meningkat,” ujar Maritje. (EVA)
Discussion about this post