JAKARTA (info-ambon.com)-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) tetap terjaga di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan dinamika perdagangan global.
Ketua Dewan Audit OJK Sophia Wattimena Menyampaikan, OJK mencatat, kondisi global mengalami beberapa perkembangan penting.
”Kesepakatan dagang permanen antara Amerika Serikat dan Inggris pada 8 Mei 2025, serta kesepakatan sementara antara AS dan Tiongkok yang mulai berlaku sejak 12 Mei 2025, disebut meredakan ketegangan perdagangan internasional. Pasar pun merespons positif, dengan volatilitas menurun dan arus modal mengalir ke negara berkembang,” jelas dia dalam rilis tertulis yang diterima redaksi info-ambon.com di Ambon, Selasa (3/6/2025).
Sementara itu, lanjut Wattimena, meski ketegangan geopolitik meningkat di beberapa wilayah, OJK menyebut dampaknya terhadap pasar keuangan global masih terbatas.
“Pertumbuhan ekonomi global pada kuartal I-2025 mengalami perlambatan disertai penurunan inflasi yang mencerminkan melemahnya permintaan. Sejumlah bank sentral dunia pun mulai melonggarkan kebijakan moneternya, termasuk penurunan suku bunga dan pelonggaran likuiditas. Kebijakan fiskal global juga menunjukkan arah yang ekspansif meski terbatas ruang geraknya,” lanjut dia.
OJK juga mencermati sikap The Federal Reserve Amerika Serikat yang tetap mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama (high for longer). Pasar kini memperkirakan hanya dua kali penurunan suku bunga acuan FFR sepanjang 2025, mundur dari ekspektasi sebelumnya. Di sisi lain, rencana legislasi fiskal besar-besaran di AS yang disebut One Big Beautiful Bill dikhawatirkan meningkatkan defisit dan memicu pemangkasan peringkat kredit oleh Moody’s.
Di dalam negeri, OJK menyebutkan ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan. Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I-2025 tercatat 4,87 persen, sedikit melambat namun tetap positif. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,89 persen (yoy) dan menjadi motor utama pertumbuhan. Inflasi tetap terjaga di angka 1,95 persen, masih dalam rentang target Bank Indonesia.
Sejumlah indikator lain juga menguatkan sinyal stabilitas ekonomi nasional, antara lain neraca perdagangan yang konsisten mencatat surplus, defisit transaksi berjalan yang menyempit menjadi 0,05 persen terhadap PDB, serta cadangan devisa yang stabil.
“Menyambut rencana pemerintah untuk meluncurkan paket insentif ekonomi pada Juni 2025, OJK menyatakan dukungan penuh. Paket tersebut dinilai dapat mendorong daya beli masyarakat dan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
“OJK terus berkolaborasi dengan kementerian, lembaga, dan pelaku industri jasa keuangan untuk mendorong intermediasi yang optimal, pendalaman pasar keuangan, dan pengembangan sektor potensial, termasuk UMKM,” ujar dia.
Langkah ini diharapkan mampu menciptakan pembiayaan yang lebih inklusif dan memaksimalkan potensi ekonomi nasional. (EVA)
Discussion about this post