DUA Tahun silam, 22 Mei 2017, Gubernur Maluku, Said Assagaff melantik Richard Louhenapessy-Syarif Hadler menjadi Walikota dan Wakil Walikota Ambon. Tempatnya, Lapangan Merdeka Ambon.
Tanggal 22 Mei 2019 hari ini, 2 tahun sudah Richard-Syarif memegang pucuk pemerintahan di Kota Ambon. Pagi tadi, perayaannya sederhana dalam apel pagi di balai Kota Ambon yang diselingi hujan.
Puncak syukuran 2 tahun kepemimpinan itu, bertepatan dengan hari Rabu, dimana pada setiap hari itu, ASN diseluruh Indonesia menggunakan kemeja putih. Maka pas juga bila judul tulisan ini; 2 Tahun Putih, Richard-Syarif Berkat, artinya 2 tahun memimpin, dan perayaannya bertepatan dengan penggunaan kemeja putih, juga saat apel pagi itu, hujan mengguyur. Hujan sering dianalogikan Louhenapessy sebagai berkat. Ini bukan kebetulan.
Lalu apa yang disampaikan dalam apel pagi itu. Bahasa-bahasa sederhana namun penuh makna mengalir dari bibir pemimpin Kota Ambon tersebut.
‘’Mari kita belajar dari pengalaman, orang menjadi matang bukan belajar dari ilmu saja, tapi juga belajar dari pengalaman. Orang pintar tapi kurang berpengalama akan berbeda dengan orang cerdas dan berpengalaman. Bedanya dimana, silahkan diinterprestasikan sendiri,’’ itu kalimat pembukanya.
Menurut walikota 2 periode tersebut, menjadi seorang pemimpin, apakah itu di sekolah, pemerintahan dan dimanapun juga, harus memiliki 2 asas komponen utama, yakni asas kepatutan dan asas kepantasan. Walau pantas namun tidak patuh, sama saja bohong, begitu sebaliknya.
Menurutnya, selama 2 tahun menjabat, dirinya dan Syarif Hadler belum maksimal menjalankan tugas dan fungsi secara sempurna, sebab masih banyak kelemahan disana-sini, ibarat bakar sagu, ada 1 atau 2 yang gosong, atau ada saja yang tidak puas dengan kepemimpinan kami, tapi kita menganggap itu hal biasa.
‘’Saya dan pak wakil bersyukur untuk Tuhan karena Tuhan menempatkan saya dan pa wakil untuk melayani masyarakat kota Ambon. Ini tugas mulia yang harus kami pikul,’’ jelasnya.
Pidato tanpa teks Louhenapessy dimana saja, tak lengkap jika tanpa perumpamaan. Ia mengambil sebuah gelas, dan digambarkan sebagai wadah kepemimpinan mereka.
Gelas yang bening bak perjalananan kepemimpinan kami, tak mungkin akan terus bening, pasti ada yang mencoretnya Yang tidak senang, mengambil spidol dan mencoret gelar itu dengan segara umpatannya, begitu juga yang senang, datang dengan spidol lain mencoret gelas tersebut dengan segala pengagumannya.
Lalu bagaimana kita sebagai pemimpin bisa terus membuat gelas itu menjadi bersih? ‘’Kita jangan lagi membalas cemooh dengan cemooh dan membalas pujian dengan pujian jua. Yang penting sudah tahu isi tulisan itu. Hapuslah, agar kebeningan gelas kembali sempurna,’’ umpamanya.
Dengan kata lain, sebagai pemimpin tidak boleh tipis telinga, namun semua yang menjadi kritikan, ketidaksukaan, ketidakpuasan, cemooh harus diambil positifnya saja dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. ‘’Jangan kita membalas, sebab jika membalas, maka itu tak pernah berujung,’’ tegas Louhenapessy.
Dirinya dan Syarif Hadler terus menghimbau ASN Pemkot Ambon untuk “ kerja, kerja , kerja “ Jangan pernah kita berpikir kerja hanya untuk sekarang, tapi juga untuk masa yang akan datang.
Ia tambahkan, dirinya dan pa wakil bisa menjabat, bukan karena kita sekarang, tapi karena apa yang dulu orang tua kita tanamkan. ‘’Mari kita kerja dengan hati untuk kota ini,’’ pintanya.
Dirinya akui, dalam 2 tahun melayani , Ambon diberikan 40 penghargaan dari berbagai pihak. Ini bukan kaerna hebatnya walikota dan wakil walikota, tapi karena support dari seluruh pegawai dan masyarakat Kota Ambon. ‘’Untuk itu ke- 40 penghargaan ini saya persembahkan untuk seluruh rakyat dan pegawai di Pemerintah Kota Ambon’’.
Louhenapessy juga sampaikan, tadi malam dirinya mendapat laporan kalau Ambon kembali mendapat penghargaan 99 top inovation Indonesia, atau salah satu kota dengan inovasi terbaik, lewat brand “ambon city of music “.
Di akhir sambutannya, Louhenapessy meminta seluruh ASN Pemkot Ambon untuk memakai kesempatan sebagai pejabat untuk melayani rakyat, karena tak semua orang punya kesempatan itu. (paulus joris)
Discussion about this post