AMBON (info-ambon.com)-Sebagai bentuk protes atas tanah yang hingga kini belum memperoleh kejelasan penyelesaian, masyarakat Negeri Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, menutup jalan jalur arah Bandara Pattimura, Rabu (24/11/2021) pagi tadi.
Aksi penutupan jalan dengan cara melakukan blokade jalan menuju Bandara Patimura tersebut merupakan bentuk kekecewaan masyarakat Negeri Tawiri karena mereka menilai pihak TNI AU tidak menghargai proses uji terkait dengan status tanah yang kini diklaim sebagai milik TNI AU berdasarkan sertifikat hak milik nomor 06 tahun 2010.
Aksi dorong pun tidak terhindarkan antara kedua belah pihak lantaran masyarakat enggan memberikan kesempatan kepada pihak TNI AU untuk melanjutkan akasinya itu, dampaknya ruas jalan menuju Bandara Udara Pattimura terkunci dan berakibat macet, mengharuskan pengguna jalan yang kebetulan melewati kawasan tersebut harus menggunakan kendaraan lain.
Dari pantauan di lapangan, sejumlah Prajurit TNI dikerahkan untuk membubarkan masyarakat Negeri Tawiri. Namun Aksi fisikpun sempat terjadi antara pihak TNI AU dengan masyarakat yang didominasi kaum perempuan tersebut.
Salah satu warga Tawiri yang tidak mau menyebutkan namanya menjelaskan, akar dari permasalahan sehingga terjadi aksi blokade untuk kesekian kalinya adalah karena pihak TNI -AU dengan gegabah mencabut plang yang isinya memberikan penjelasan untuk pihak TNI AU dan masyarakat menahan diri sambil menunggu hasil uji terkait dengan status lahan dengan luas 206 hektar tersebut.
“Pasca rapat dengar pendapat dengan DPRD Provinsi Maluku sudah ada plang yang isinya meminta agar dua pihak menahan diri sambil menunggu hasil uji terkait dengan status lahan dan kepemilikan sebenarnya, ” terangnya.
Pihak TNI AU justru melakukan aksi pelepasan terhadap plang di maksud, bahkan jumlah prajurit TNI AU yang diterjunkan mencapai 50 orang dan diantaranya membawa senjata organik.
Hal ini lah yang menjadi menyebab sehingga timbul reaksi keras dari masyarakat dengan melakukan aksi blokade jalan.
Aksi penutupan jalan ini pun dibuka setelah, Walikota Ambon Ricahrd Louhenapessy, yang baru tiba dari luar kota lansung pertemuan tersebut dengan masyarakat Tawiri di lokasi tersebut.
Dari pertemuan tersebut, Walikota telah menyepakati bertemu dengan masyarakat, tetapi hanya 10 orang di Kantor Balai Kota Ambon mengingat harus protokol kesehatan.
“Saya mengagendakan sebentar kita pertemuan dengan 10 perwakilan masyarakat Tawiri, karena tidak ada orang tua yang memberikan batu untuk anak- anaknya jika anak – anaknya meminta roti,” ungkapnya. (EVA)