AMBON (info-ambon.com)-Walikota Ambon, Richard Louhenapessy mengakui, malu dengan pernyataan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto yang menyebutkan pengungsi kembali ke rumah agar tak menjadi beban pemerintah dalam kondisi terkini di Ambon, Maluku pascagempa magnitudo 6,5, 26 September lalu.
Dalam pernyataan Menkopolhukam yang di tulis salah satu media, dirinya meminta pengungsi kembali ke rumah agar tak menjadi beban pemerintah.
Menurut Wiranto, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang memilih bertahan di pengungsian meski gempa sudah tidak terjadi kembali. Banyaknya pengungsi ini disebut Wiranto akibat dampak dari penyebaran informasi yang menakut-nakuti warga akan gempa susulan dan ancaman tsunami.
“Pengungsi ini ditakuti adanya informasi adanya gempa susulan yang lebih besar, ditakuti adanya tsunami akibat gempa, padahal tidak ada badan resmi manapun yang mengumumkan itu,” kata Wiranto di Kantor Kemenkopolhukam, Senin (30/9/2019).
Oleh karena itu, dia berharap masyarakat untuk kembali ke rumah masing-masing karena situasi sudah aman dan pemerintah harus menanggung kehidupan mereka di pengungsian.
“Diharapkan masyarakat bisa kembali ke tempat tinggal masing-masing untuk mengurangi besaran pengungsi, pengungsi terlalu besar ini sudah menjadi beban pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,” ucapnya.
Louhenapessy kepada wartawan di Ambon, Selasa (1/10/2019) menyebutkan, pernyataan itu memang sangat halus, namun kata-kata itu sangat menusuk. “Warga Ambon yang mengungsi itu karena takut. Nah kondisi sudah membaik, marilah kembali ke rumah masing-masing dan janganlah bebankan pemerintah dengan biaya- biaya pengungsi. Itu kan halus tapi sangat menyakiti betul. Oleh karena itu, saya juga sudah menghimbau kemana-mana untuk pulang ke rumah masing-masing. Kita jangan percaya handphone lebih dari Tuhan. Semua kita memang takut, ’’ tandasnya.
Disebutkan, banyak tawaran dari berbagai elemen yang ingin membantu korban di Ambon, namun dirinya mengaui harus realistis, sebab jangan sampai kita terpangaruh dengan pemberitaan media soal bantuan lalu kita mau terima tawaran begitu saja untuk Ambon, padahal ada daerah lain yang masih sangat membutuhkan misalnya di Maluku Tengah dan SBB.
Di Ambon, lanjutnya, kerusakan tidak parah seperti di Malteng dan SBB, sebab banyak rumah hanya alami keterakan sedikit saja, dan itu pasti akan dibantu sesuai tingkat kerusakannya sesuai hasil investigasi lapangan oleh tim.
‘”Menurut saya, setelah 14 hari tanggap darurat bencana, itu sudah cukup buat Kota Ambon, karena kita tidak berdampak langsung, kabupaten Malteng dan SBB itu memang berdampak langsung dan butuh perhatian lebih,’’ tegasnya.
Dalam menyikapi pengungsi di Ambon, Pemerintah Kota akan melakukan rapat bersama dengan para RT/RW, lurah, raja, pendeta, Imam Masjid. “Besok saya rapat dengan seluruh RT, RW, Lurah, Raja, Para Pendeta, Imam untuk mengajak dan mendorong masyarakat supaya tidak takut lagi,’’tutup Louhenapessy.(EVA)