AMBON (info-ambon.com)-Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku, Haryono Utomo menjelaskan, pengerukan sungai di Kota Ambon dipandang sebagai solusi paling efektif menanggulangi sendimentasi sungai dasn banjir, walau memang pengerjaan itu perlu melibatkan banyak pihak termasuk masyarakat.
Kepada wartawan di The City Hotel, Rabu (31/7/2019), Haryono Utomo katakan, dengan proses pengerukan, kedepan pihaknya berharap 5 sungai yang bermuara di Kota Ambon punya kualitas yang baik, apakah itu soal kedalaman dan lebar, sebab factor itu amat menentukan besar kecilnya peluang banjir.
“Lima sungai besar di Kota Ambon yakni, Wai Ruhu, Wai Tomu, Wai Batugajah, Wai Batumerah, dan Wai Batu Gantung, memang menjadi focus pengerukan oleh pemerintah, namun sungai di Batumerah dan Wai Ruhu, Galala diprioritaskan agar meminimalkan banjir,’’ujar dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bappeda Litbang Kota Ambon, Vein Khouw menambahkan, pengerukan menjadi salah satu cara untuk memperlebar kapasitas sungai-sungai di kota Ambon.
Ruang hunian datar dan layak sudah tidak ada lagi. Hal itu mendesak warga mencari ruang baru serta membuka lahan di dataran tinggi. Akibatnya air yang memuat material tanah terbawa dan mengendap di sungai-sungai besar.
“Solusinya saat ini pengerukan. Kita lakukan secara berkala untuk memperdalam dan melebarkan permukaan sungai,” jelasnya. Untuk melakukan itu, pihaknya masih menemui satu masalah lain. Yakni akses masuk ke permukiman yang sempit. Di bibir-bibir sungai, berdiri bangunan rumah warga.
Sungai Batumerah dan Wai Ruhu merupakan wilayah sungai yang diapit permukiman paling padat di tengah kota. Padahal sesuai ketentuan pembangunan rumah harus memberi ruang sejauh 3 hingga 5 meter sebagai sepadam. Karena itu pihaknya kerap kesulitan untuk lakukan pengerukan khusus di wilayah-wilayah padat.
“Sekitar 80 persen pembangunan di pinggir sungai itu tidak ada izin resmi. Kalau mau ya di relokasi tapi itupun tidak mungkin,” ungkap dia.
Kebutuhan relokasi harus ada lahan baru. sementara Kota Ambon hanya memiliki 17 persen wilayah datar. Itupun telah habis terpakai.
Persoalan itu kian pelik manakala musim penghujan seperti saat ini. Karena itu saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) sedang menyiapkan grand design penuntasan masalah tersebut. menurutnya solusi yang dirancang cukup berat, namun pihaknya optimistis memperkecil kemungkinan banjir dan memaksimalkan sungai-sungai di Kota Ambon.(EVA)