Tinjau Jembatan Rusak, Gubernur Sempatkan Waktu Cerita Damai di Tomalehu

Gubernur Maluku Murad Ismail gelar cerita damai bersama pihak pemerintah, unsur pemuda, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat Hualoy, Tomalehu, dan Latu serta Bupati, Dandim, Kapolres, dan Camat Amalatu.-pablo-

TALA(info-ambon.com)-Jembatan Waikaka yang berada di Desa Tala, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) itu kembali dilibas amukan arus air yang naik akibat intensitas hujan padat di akhir Juli lalu.

Waikaka merupakan epicentrum jalur penghubung tiga kabupaten di provinsi Maluku, terendam genangan air bercampur lumpur awal Agustus lalu sempat memberi dampak terputusnya lalu lintas, namun untuk saat-saat ini sudah bisa dilalui.

Hasil pantauan info-ambon.com pada Rabu (11/08/20), Irjen Pol. H. Murad Ismail, Gubernur Maluku didampingi tim pemerintah provinsi serta Drs. M. Yasin Payapo, Bupati SBB turun melakukan peninjauan langsung.

Bagaikan  pepatah klasik `sekali dayung dua tiga pulau terlampaui`, turut diterapkan oleh orang nomor wahid di provinsi bertajuk `bumi raja-raja` itu. Murad mengakui dibisik oleh kepala balai bahwa ini wilayah tiga negeri berkonflik tersebut. Setelah mendengar hal itu, Murad kemudian gelar cerita damai bersama pihak pemerintah, unsur pemuda, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat Hualoy, Tomalehu, dan Latu serta Bupati, Dandim, Kapolres, dan Camat Amalatu.

“Setelah diberitahukan kepala balai, saya langsung memutuskan untuk berbincang-bincang damai bersama masyarakat terdampak konflik,” ungkapnya.

Pertemuan berdurasi kurang lebih 60 menit itu cukup harmonis dan bersahaja. Terlihat betapa bijaksananya jejak pendapat berlangsung, namun tak bisa dipungkiri ada juga beberapa yang suaranya cukup alot.

Mantan Koorps Brimob RI itupun memakai falsafah nabi Ibrahim As, sebagai dasar untuk memantik naluri kemanusian agar segera berdamai, sebab hasil dari konflik ialah rugi.

“Tuhan menyerukan kepada Ibrahim, mau kau apakan umatmu ini? “Matikan saja wahai Tuhan” jawab Ibrahim. Kemudian datanglah perintah untuk menyembelih Ismail yang merupakan putranya sebagai kurban. Ismail bersedih amat sangat sedih, tapi itulah perintah, harus dilaksanakan,” ceritanya.

Esensinya, lanjut Murad, manusia tidak berhak menjustis dan saling membunuh, sebab itu kuasa Tuhan. “Kita hamba yang pada hakekatnya tidak berhak saling mamatikan, kuasa itu milik Tuhan,” Nasehatnya.

Ia menambahkan, dalam upaya perdamaian jangan lagi menoleh pada sesuatu yang sudah berlalu karena fokusnya adalah masa ke depannya. “Kalau setiap kerikil selama perjalanan dipungut, kapan sampainya?.” ujar pria bersuara merdu itu sembari menikmati sebatang kretek.

Sebelum Murad dan rombongan bergegas tinggalkan Tomalehu, ia berjanji akan membangun masjid di ketiga desa, pohon cengkih yang ditebang saat konflik pecah juga akan diberikan anakan pengganti, rumah warga dan bangunan sekolah yang terbakar akan segera dibangun, serta pihak keluarga korban jiwa akan diperhatikan. Ia juga menambahkan hal agar menjadi perhatian khusus pemerintah kabupaten SBB.(Pablo)

 

Exit mobile version