AMBON (info-ambon.com)-Di sebuah dusun kecil di Pulau Ambon, Mustaja (48) tak dapat menyembunyikan haru saat melihat cahaya lampu menyala untuk pertama kalinya di rumahnya. Tepat menjelang Idul Fitri 1446 H, rumah yang selama ini gelap gulita di malam hari, kini berubah terang. Namun bukan hanya terang yang ia syukuri. Lebih dari itu, hadirnya listrik membuka akses yang selama ini dianggap mustahil: hidup yang lebih sehat.
“Dulu anak saya sering batuk karena pakai lampu minyak. Asapnya bikin sesak. Sekarang sudah ada kipas, ada lampu. Tidur lebih nyaman, anak-anak juga lebih sehat,” tutur Mustaja saat ditemui di Dusun Waipokol, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.
Mustaja adalah satu dari 104 kepala keluarga prasejahtera di Maluku dan Maluku Utara yang mendapatkan sambungan listrik gratis dari PLN Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara (UIW MMU), melalui program sosial bertema Light Up The Dream (LUTD). Program ini menyasar keluarga kurang mampu di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), dengan harapan mendorong pemerataan akses energi dan meningkatkan kualitas hidup, termasuk dari aspek kesehatan.
Kesehatan masyarakat di wilayah 3T selama ini menghadapi banyak tantangan: akses ke fasilitas medis terbatas, jarak ke pusat layanan kesehatan yang jauh, hingga minimnya pengetahuan tentang sanitasi dan pola hidup sehat. Namun, ada satu faktor mendasar yang kerap dilupakan: akses terhadap listrik.
“Listrik bukan hanya soal penerangan, tapi soal kehidupan yang layak. Ketika rumah memiliki listrik, kualitas udara di dalam rumah menjadi lebih baik, sanitasi meningkat, anak-anak bisa belajar dengan baik, dan ibu-ibu bisa mengolah makanan dengan higienis,” ujar General Manager PLN UIW MMU, Awat Tuhuloula, Senin (21/4/2025).
Salah satu dampak nyata bisa dilihat di rumah Rislam Haji, seorang nelayan di Desa Juanga, Morotai Selatan. Selama puluhan tahun hidup tanpa listrik, keluarganya terbiasa menggunakan pelita atau lilin.
Akibatnya, rumah sering dipenuhi asap dan udara lembab. Kini, dengan hadirnya listrik, Rislam mulai menggunakan kipas angin, kulkas kecil untuk menyimpan ikan hasil tangkapannya, dan lampu yang memungkinkan aktivitas keluarga berjalan normal di malam hari.
“Istri saya juga bisa mulai usaha makanan. Dulu cepat basi karena tak ada kulkas. Sekarang lebih bersih, lebih sehat,” ungkapnya.
Penelitian dari Kementerian Kesehatan dan WHO menunjukkan bahwa rumah tangga tanpa listrik lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan, terutama anak-anak dan lansia, akibat paparan asap dari bahan bakar rumah tangga tradisional seperti kayu dan minyak tanah. Paparan asap ini juga meningkatkan risiko penyakit paru-paru kronis dan komplikasi kehamilan pada ibu hamil.
Dengan hadirnya listrik, risiko-risiko tersebut dapat ditekan. Lampu pijar menggantikan pelita, kipas mengurangi kelembaban yang memicu jamur, dan ibu rumah tangga bisa menyimpan bahan makanan secara higienis. Bahkan di beberapa daerah 3T, sambungan listrik membantu warga menyimpan obat-obatan yang sebelumnya tak bisa bertahan lama di suhu tropis.
Berbeda dari bantuan pemerintah, program LUTD PLN UIW MMU ini sepenuhnya didanai oleh donasi sukarela pegawai PLN. Sejak dimulai pada 2020, ratusan rumah tangga prasejahtera telah menikmati manfaat program ini.
“Ini adalah bentuk empati dari kami para pegawai PLN. Kami percaya bahwa energi adalah hak setiap warga negara, dan kami ingin memastikan tidak ada yang tertinggal,” kata Awat.
Pada 2024, target sambungan LUTD sebanyak 562 rumah tangga justru terlampaui hingga mencapai 740 rumah. Tahun ini, PLN UIW MMU menargetkan 576 rumah tangga baru untuk dialiri listrik gratis, termasuk di pulau-pulau terpencil dan pesisir Maluku serta Halmahera.
Bagi masyarakat wilayah 3T, listrik bukan sekadar fasilitas tambahan—ia adalah garis pemisah antara ketertinggalan dan kemajuan, antara keterbatasan dan peluang. Saat rumah-rumah mulai terang, perlahan harapan pun menyala.
“Sekarang kami bisa jaga makanan, bisa istirahat lebih tenang, anak tidak gampang sakit. Rasanya seperti mulai hidup baru,” ujar Mustaja sambil tersenyum.
Harapan itu kini terus menyebar dari satu dusun ke dusun lainnya. Dengan terang yang menjalar, mimpi masyarakat 3T untuk hidup lebih sehat, lebih layak, dan lebih bermartabat, perlahan menjadi kenyataan. (EVA)
Discussion about this post