AMBON (info-ambon.com)- Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 42 kecamatan di Provinsi Maluku pada Mei 2024, NTP Provinsi Maluku secara rata-rata mengalami peningkatan sebesar
0,74 persen dibanding April 2024, atau naik dari 105,55 pada April 2024 menjadi 106,33 pada Mei
2024.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku, Maritje Pattiwaellapia menyampaikan, peningkatan NTP disebabkan oleh indeks harga hasil produksi pertanian (It) yang tercatat meningkat sebesar 1,90 persen dan peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang
sebesar 1,15 persen.
“Peningkatan NTP pada Mei 2024 disumbangkan oleh meningkatnya NTP pada dua subsektor,
yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat (2,40 persen) dan subsektor perikanan (2,19 persen),” jelasnya.
Sedangkan tiga subsektor lainnya mengalami penurunan NTP, yaitu subsektor tanaman pangan
(-1,65 persen), subsektor hortikultura (-1,46 persen) dan subsektor peternakan (-1,21 persen). Indeks Harga yang Diterima oleh Petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani.
“Harga yang diterima oleh petani (It) Provinsi Maluku pada Mei 2024 sebesar 127,98 atau naik
sebesar 1,90 persen dibanding It April 2024 yang tercatat sebesar 125,60. Jika dilihat per subsektor, dua subsektor mengalami peningkatan It, sedangkan tiga subsektor lainnya mengalami penurunan It. Peningkatan It tertinggi disumbangkan oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 3,77 persen,” jelas Pattiwaellapia.
Sementara, Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani (Ib)Melalui Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Pada Mei 2024, Ib Provinsi Maluku tercatat sebesar 120,36 atau mengalami peningkatan sebesar
1,15 persen dibandingkan April 2024 yang besarnya 119,00. Jika dilihat per subsektor, seluruh
subsektor mengalami peningkatan Ib. Peningkatan Ib tertinggi disumbangkan oleh subsektor
tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,34 persen.
“NTP Tanaman Pangan (NTPP) Pada Mei 2024 terjadi penurunan NTPP sebesar 1,65 persen. Hal ini terjadi karena Ib meningkat
melampaui It sebesar 1,05 persen. Sementara It mengalami penurunan sebesar 0,62 persen.
“Penurunan It pada Mei 2024 disebabkan oleh turunnya indeks pada salah satu kelompok
penyusun NTPP yaitu kelompok palawija (khususnya komoditas ketela pohon, kacang tanah dan
kacang hijau) yang tercatat sebesar 0,97 persen. Sementara itu kelompok padi tidak mengalami
perubahan harga.
Peningkatan Ib sebesar 1,05 persen disebabkan oleh meningkatnya Indeks Konsumsi Rumah
Tangga (IKRT) sebesar 1,20 persen dan peningkatan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan
Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,01 persen.
Selain itu, lanjut Pattiwaellapia, pada Mei 2024 terjadi penurunan NTPH sebesar 1,46 persen. Hal ini terjadi karena Ib meningkat
melampaui It sebesar 1,15 persen. Sementara It mengalami penurunan sebesar 0,33 persen.
“Penurunan It pada Mei 2024 disebabkan oleh menurunnya It pada tiga kelompok penyusun NTPH yaitu kelompok sayur-sayuran (khususnya komoditas cabai merah, buncis, kacang panjang, sawi hijau, ketimun, bayam, dan pare/paria) sebesar 0,05 persen, kelompok buah-buahan (khususnya komoditas jeruk, salak dan pepaya) sebesar 1,02 persen dan kelompok tanaman obat (khususnya
jahe, kunyit, sereh dan lengkuas) sebesar 0,75 persen. Peningkatan Ib sebesar1,15 persen disebabkan oleh meningkatnya IKRT sebesar 1,24 persen dan peningkatan indeks BPPBM sebesar 0,03 persen,” pungkas dia. (EVA)