Sosialisasi dan Edukasi Bencana, BMKG: Gempa Ambon Masuk Periode Normal

AMBON (info-ambon.com)- Guna menambah pengetahuan kepada masyarakat Kota Ambon terkait gempa yang terjadi pada 26 September 2019 sebesar 6,5 SR di Kota Ambon, Kabupaten Maluku tengah, dan Kabupaten Seram Bagian.

Dan hingga saat ini gempa yang terjadi di Maluku sebanyak 2.579 kali, yang di rasakan 291 kali. Untuk itu, Pemerintah Kota Ambon (Pemkot) datangkan pakar-pakar peneliti gempa dan tsunami di Ambon, kegiatan yang dibawakan dam III sesi, sesi pertama yakni, Ferad puturuhu (Unpatti), Daryono (BMKG), Sri Hadayati (PVMBG), membawakan materi terkait tentang kondisi aktual gempa Ambon 2019.

Sesi kedua-II, Ivonne M Radjawane, Eng Hamzah Latief, Wiliam G Louhenapessy (Calvin instute dan teknology), membahas tentang potensi gempa bumi dan tsunami di Ambon.

Sesi ke-III Tomi Heriyanto (BNPB), Harkunti Rahayu (IABI/ITB), J.Sopaheluwakan, mambawa materi terkait, Ambon wake up call untuk bencana, yang dilaksanakan di Sport Hall Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, Selasa (3/12/2019) yang diikuti oleh seluruh masyarakat, OPD lingkup emkot, dan seluruh ASN di Pemkot.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat Daryono, mengatakan gempa bumi yang terjadi di Maluku, khususnya Kota Ambon saat ini masuk dalam periode normal.

“Aktifitas gempa Ambon sudah saat ini masuk periode normal, tetapi gempa kecil yang masih terjadi masih terjadi ini, dan ini merupakan berita yang bagus untuk masyarakat, agar tidak berperlu khawatir lagi. Sebab hal ini juga terjadi di Palu dan Lombok, ketika ada gempa besar, untuk kembali ke posisi normal maka perlu ada gempa susulan, dan saat ini sudah masuk pada periode normal,”jelas Daryono dalam pemaparannya.

Banyak pertanyaan yang ditanyakan, kenapa sampai gempa yang terjadi diluar titik pusat gempa, seperti yang terjadi di Ambon, dimana gempa terjadi di Kairatu namun bisa terjadi gempa di beberapa kepualaun di Maluku.

Dijelaskan, hal itu disebabkan karena patahan saling terikat satu dengan yang lain, jika ada gempa maka patahan ini saling mengkait satu dengan yang lain. “Jadi patahan-patahan ini, saling kait satu dengan yang lain, jika satu sudah bergoyang maka akan memperngaruhi patahan lainnya,”katanya.

Menurutnya, untuk Maluku khususnya Kota Ambon, banyak sesar aktif yang berada di laut, sehingga masyarakat juga harus tetap waspada saja, sebab gempa hingga saat ini tak dapat diprediksi kapan akan terjadi, namun sebagai manusia harus tetap waspada.

Salah satu Dosen Unpatti, Ferad Puturuhu yang adalah penelitian, mengatakan gempa bumi dan tsunami di Ambon pernah terjadi beberapa puluh tahun bahkan ribuan tahun yang lalu. Gempa dan tsunami tersebut akan terjadi tapi tak tahu kapan akan terjadi Apakah sekarang, bahkan yang akan datang. “Kita ketahui bahwa gempa Maluku ini, pernah terjadi di ribuan tahun lalu. Dan saat ini gempa mengguncang Maluku, jadi kita harus melihat kembali kesejarah yang lalu, karena setiap kejadian yang lampau pasti akan terjadi di masa yang akan datang,”ucap Puturuhu dalam pemaparan materinya.

Dijelaskan, akibat gempa yang terjadi saat ini banyak kejadian-kejadian alam yang terjadi di Maluku, seperti tanah merayam, keluarnya lumpur dan bahkan air mendidih. Untuk diketahui, Maluku khususnya di Saparua, Ambon dan Haruku termasuk dalam wilayah Vulkanik, sehingga ketika gempa hal-hal itu yang akan terjadi. “Kita merupakan wilayah vulkanik dan itu berada di Saparua, Ambon dan Haruku, sehingga jika gempa terjadi aktifitas vulkanik terjadi sehingga terjadi pengeluaran air panas yang mendidih, bahkan tanah merayam serta keluarnya lumpur,”ujarnya.

Dikatakan, Kota Ambon memiliki banyak sesar lokal, serta juga adanya gerakan-gerakan vulkanik. “Jadi Kota Ambon dibawah gerakan vulkanik, dimana banyaknya sesar lokal. Walaupun banyak masyarakat harus tetap waspada dan berhati-hati,”ucapnya.

Sementara itu, Walikota Ambon Richard Louhenapessy, mengatakan sosialisasi dan edukasi yang dilakukan bertujuan agar masyarakat bisa memahami tentang bencana alam terutama menyangkut gempa dan tsunami.

Menurutnya, gempa yang terjadi di Maluku, khususnya Kota Ambon memberikan dampak traumatis kepada masyarakat, dimana masyarakat merasa takut dan ditambah lagi beredarnya berita hoax di masyarakat. “Agar masyarakat tidak mendapatkan informasi secara baik, sehingga pemkot mengambil inisiatif untuk mengadakan sosialisasi dan edukasi bagimana kebencanaan di Maluku terutama di Ambon,”ungkap Louhenapessy dalam sambutannya.

Ditegaskan, pengetahuan terhadap bencana kedepan sudah harus menjadi referensi, sehingga kedepan pihaknya akan melakukan kegiatan ini setahun tiga kali, agar masyarakat Kota Ambon punya wawasan tentang bencana. “Setiap tahun bahkan satu tahun bisa tiga kali dilaksanakan, karena ini kita buat pengetahuan kepada masyarakat,’katanya.(IA-EVA)

Exit mobile version