Perpustakaan Kota Ambon Disesuaikan Standar Nasional

AMBON (info-ambon.com)- Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Ambon melaksanakan pembinaan perpustakaan pada satuan Pendidikan Dasar di seluruh wilayah Kota Ambon disesuaikan dengan standar Nasional. Dengan melibatkan seluruh perpustakaan di Pendidikan dasar di Kota Ambon, kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Pasific, Kamis (30/9/2021).

Sambutan Wakil Walikota Ambon, Syarif Hadler menyampaikan, Alvin Toffler seorang futurlog telah membagi peradaban manusia atas tiga yaitu zaman atau peradaban pertanian, peradaban industri dan peradaban informasi. Saat ini, kita sedang berada pada peradaban informasi yang ditandai antara lain dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi yang mendorong deurbanisasi.

Peradaban informasi ditandai dengan hadirnya teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan umat manusia secara cepat menerima, mengelola, menyimpan, mengambil kembali dan mendistribusikan/mendiseminasi informasi kepada sesama manusia. ”Siapa yang menguasai informasi maka dia akan menguasai dunia”. Informasi sudah dianggap sebagai “kekuatan” dan “kekuasaan”. “Siapa yang menguasai informasi, dia memiliki kekuatan dan kekuasaan sebaliknya, siapa yang tidak memiliki akses informasi, maka dia menjadi miskin dan tertinggal,” jelasnya.

Dikatakan, dengan kesempatan baik ini untuk meningkatkan kompetensi diri. Mari gunakan kesempatan ini dengan benar untuk belajar, ini momentum bagi anda untuk mengubah wajah perpustakaan sekolah masing-masing. “Jadikan perpustakan sekolah anda sebagai pusat belajar para siswa. Pendidikan yang maju tidak lagi terpusat di kelas, pendidikan yang maju adalah pendidikan yang mampu ‘membangunkan’ daya imajinasi anak dan itu hanya didapat oleh anak melalui kecintaannya terhadap buku,” terang Wawali.

Selain itu, lanjut Wawali, Maxim Gorky pernah mengatakan; ‘Dua kekuatan yang berhasil mempengaruhi pendidikan manusia yaitu; seni dan sains. Keduanya bertemu dalam buku’. “Atas dasar itulah maka pada kesempatan ini saya ingin menitip pesan kepada bapak Ibu guru sebagai pengelola perpustakaan, sampaikan kepada teman-teman guru di sekolah, kalau memberi tugas kepada para siswa, minta para siswa untuk mencari informasi tentang tugas tersebut di sekolah jangan di internet,” ujarnya

Ditambahkan, lanjut Wawali, mereka hanya boleh mencari di internet apabila informasi yang mereka cari tidak bisa ditemukan di buku. Dengan menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi utama maka anak akan terbiasa untuk mencari dan menemukan sendiri serta akan menimbulkan kecintaan anak pada buku dan perpustakaan. Jika disuruh mencari di internet, maka orang tualah yang akan mencari dan anak hanya menerima saja.

Inilah yang menjadi keprihatinan kita semua saat ini, tugas anak-anak kita sebagaian besar dikerjakan oleh orang tuanya dan bukan oleh anak. “Harus diakui bahwa para pengelola perpustakaan sekolah bukanlah orang yang ahli di bidangnya, bapak ibu hanya mendapat tugas tambahan dari Kepala Sekolah untuk mengelolah perpustakaan sekolah. Oleh karena itu, mari pergunakan kecintaan anak pada buku dan perpustakaan,” tandas Wawali. ( EVA)

Exit mobile version