Pernyataan soal Belum Ada Pasien Meninggal Karena Corona, dr Cynthia: Ini Perlu Diluruskan

dr. Cynthia Pentury, Sp.Pd (berdiri) dan dr Wendy Pelupessy (duduk).-PJ-

AMBON(info-ambon.com)-Adanya pernyataan yang dilontarkan salah satu anggota DPRD Maluku terkait belum ada pasien yang meninggal karena COVID-19 di Maluku, ternyata perlu diluruskan.

Pelurusan atas pernyataan tersebut menurut dr. Cynthia Pentury, Sp.Pd selaku Dokter Tim COVID-19 RSUD dr. M. Haulussy, Ambon, agar tidak terjadi kesalahan persepsi di masyarakat.

Cynthia Pentury, menyebutkan, kalau ada statemen, bahwa belum ada orang yang meninggal karena COVID-19, maka sesungguhnya itu pernyataan yang agak keliru. ‘’Ini harus diluruskan, agar masyarakat tidak mentah-mentah menelannya dan menjadikannya sebagai dasar argument untuk memandang miring kerja para tenaga media di Maluku,’’ tandasnya.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam tersebut, bahwa orang yang didiagnosa meninggal karena COVID-19 tersebut itu benar adanya. ‘’Kalau disebutkan pasien meninggal karena COVID-19, maka itu benar, tetapi yang memperberat atau memperburuk infeksinya adalah penyakit penyerta yang dia miliki,’’ ujarnya kepada wartawan saat dilakukannya jumpa pers di balai Kota Ambon, Rabu (17/6/2020) kemarin.

Dia menyebutkan, karena penyakit penyerta itulah, maka membuat orang itu mudah terinfeksi, karena orang dengan penyakit penyerta, imunnya rendah,  sehingga kemampuan untuk membunuh virusnya sudah tidak mampu.

Itu yang kita analogikan seperti kita berperang dengan musuh, kekuatan musuh banyak, kita juga harus mempersiapkan pasukan banyak, kalau kita kekuatan sedikit musuh akan menang dan sebaliknya. ‘’Kalau imun kita kurang, maka virus itu akan mudah menyerang kita,’’ tandasnya.

Ia menjelaskan, memang saat ini banyak orang sampaikan bahwa pasien itu meninggal bukan karena COVID-19, tapi karena penyakit penyerta. Kita harus pahami bahwa COVID-19 ini, adalah satu infeksi virus dan virus itu akan menyerang kita, kalau imun atau daya tahan tubuh kita rendah atau menurun, jadi kalau imun kita lemah kita sangat mudah terpapar.

Coronavirus dan COVID-19 itu merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).

  1. Cynthia Pentury yang sudah menangani pasien COVID di Ambon sejak awal terjadinya pasien 01 pada 15 Maret 2019 menguraikan, dilingkungan yang kita diami, tentu ada banyak orang yang sakit, misalnya sakit gula, riwayat minum obat paru-paru, riwayat asam lambung, orang dengan HIV/AIDS, dan beraneka ragam sakit yang dimiliki.

Orang-orang yang punya gelaja ini, tambahnya,  secara kondisi klinis tergolong yang punya imunitas rendah, karena mereka sudah memiliki sakit bawaan. Dan karena virus ini berkaitan dengan imunitas tubuh, maka orang-orang dengan gelaja ini yang sangat mudah terpapar atau terinfeksi.

Kasus yang diterima pihak RSUD dari rumah sakit rujukan rumah sakit tipe C dan D di Ambon, rata-rata pasien yang berat dan kritis. Dan setelah diobservasi lanjutan, ternyata dia sudah miliki keluhan panjang dirumah, misalnya pilek biasa, batul biasa, sesak nafas biasa. Dan gejala klinis ini sudah lewati periode yang panjang.

‘’Jadi memang kalau disebutkan pasien meninggal karena COVID-19, maka itu benar, tetapi yang memperberat atau memperburuk infeksinya adalah penyakit penyerta yang dia miliki. COVID yang menyerang imun tubuh. Imun tubuh rendah, maka COVID-19 akan berkembang biak, karena kondisi pasien memang awalnya sudah rendah imunnya. Jadi dia meninggal betul karena COVID-19,’’ tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon dr Wendy Pelupessy pada kesempatan itu juga menegaskan, COVID-19 itu benar dan nyata ada dalam kehidupan kita.

Bahkan banyak sekali dokter dan tenaga kesehatan yang sudah terpapar dan meninggal dunia. ‘’Jadi jangan kita menganggap enteng persoalan ini. Ini ada dan mari kita berusaha memutus mata rantainya,’’ kata Pelupessy.

Bagaimana cara memutus mata rantainya, yakni dengan selalu menggunakan, masker, jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain, dan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. (PJ)

 

Exit mobile version