AMBON (info-ambon.com)-Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku mencatat, harga-harga perdesaan di 42 kecamatan di Provinsi Maluku pada Desember 2022, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku secara rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,89 persen dibanding November 2022, atau turun dari 104,81 menjadi 103,88 pada Desember 2022.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Asep Riyadi menjelaskan, penurunan Nilai Tukar Petani ( NTP ) disebabkan oleh indeks harga hasil produksi pertanian (It) yang tercatat turun sebesar 0,64 persen dan peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,26 persen.
“Pada Desember 2022 disumbangkan oleh turunnya NTP pada empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (-1,34 persen), subsektor Hortikultura (-1,77 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (-0,66 persen) dan subsektor perikanan (-0,53 persen),” katanya dalam rilis tertulisnya, Selasa (7/3/2023).
Sedangkan, subsektor peternakan mengalami peningkatan NTP sebesar 0,08 persen. Dikatakan, NTP Januari – Desember 2022 menggambarkan NTP yang terjadi selama tahun berjalan. NTP Januari-Desember 2022 Provinsi Maluku lebih tinggi 3,67 persen dibandingkan NTP Tahun 2021 pada periode yang sama.
“Perubahan tertinggi terjadi pada Subsektor Perikanan yang meningkat sebesar 8,18 persen. NTP Januari-Desember 2022 tertinggi terjadi pada Subsektor Perikanan yakni sebesar 114,62 dan terendah terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan yakni sebesar 94,50,” jelasnya.
Oleh karena itu, NTP Provinsi dari 34 provinsi, sebanyak 23 provinsi mengalami peningkatan NTP dan 11 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan NTP terbesar pada Desember 2022 terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 2,26 persen, sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 2,47 persen. Pada Desember 2022 Provinsi Maluku berada di urutan ke-20. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada Desember 2022, NTUP turun sebesar 1,91 persen dibandingkan November 2022.
“Empat subsektor mengalami penurunan NTUP. Penurunan tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,64 persen, Tanaman Pangan 2,10 persen, Holtikutura sebesar 1,66 persen, perikanan 0,40 persen, dan peternakan 0,18 persen,” jelasnya. (EVA)