AMBON (info-ambon.com)- Hasil Sensus Pertanian (ST2023) di Provinsi Maluku resmi di launching oleh Sekda Maluku, Sadali IE didampingi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku, Maritje Pattiwaellapia disalah satu hotel di Kota Ambon, Senin (4/12/2023)
Sekda menyampaikan, Pemerintah Provinsi Maluku menilai data Sensus Pertanian 2023 yang dihasilkan oleh BPS setempat berperan sebagai basis untuk memperkuat ketahanan pangan.
“Data hasil Sensus Pertanian 2023 mempunyai peran penting dalam membangun perekonomian termasuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat, sebagai instrumen pengentasan kemiskinan hingga penyedia lapangan kerja serta pendapatan masyarakat,” terang Sekda.
Dijelaskan, hasil ST2023 penting dalam mendukung kesejahteraan petani, memperkuat ketahanan pangan, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
“Karena itu dengan data yang lengkap dan akurat, dapat merumuskan strategi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan daya saing sektor pertanian di Provinsi Maluku,” terang Sekda.
Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Maluku, Maritje Pattiwaellapia menyampaikan ST2023 tercatat jumlah usaha pertanian Maluku mengalami kenaikan 3,45 persen, jika dibandingkan 10 tahun lalu (ST2013).
Dari 202.077 unit usaha pertanian di Maluku tahun 2013, meningkat menjadi 209.044 unit usaha pertanian tahun 2023.
“Secara total memang naik, namun kurang terlalu signifikan. Untuk Usaha Pertanian Perorangan (UTP) mengalami kenaikan 3,50 persen, Usaha Pertanian Berbadan Hukum (UPB) mengalami penurunan 35,29 persen, dan Usaha Pertanian Lainnya (UPL) juga turun 35, 22 persen,” kata Pattiwaellapia.
Dikatakan lebih lanjut, untuk jumlah usaha pertanian menurut subsektor tercatat UTP mendominasi usaha pertanian di semua subsektor, dimana UTP terbanyak terdapat di subsektor Perkebunan mencapai 128.385 unit usaha. Sedangkan UPB terbanyak terdapat di subsektor perkebunan mencapai 13 unit usaha, dan UTL terbanyak terdapat di subsektor perkebunan mencapai 86 unit usaha.
Untuk komposisi petani berdasarkan umur, masih didominasi oleh generasi x (lahir tahun 1965-1980 atau perkiraan usia sekarang 43- 58 tahun) sebesar 39,83 persen. Diikuti generasi milenial (lahir tahun 1981-1996 atau perkiraan usia sekarang 27-42 tahun) sebesar 31,13 persen.
“Petani kita di Maluku sudah tergolong usia tua dan produktivitasnya pasti rendah. Jadi catatan agar dilakukan invasi dalam mendorong petani milenial,” jelasnya.
Ditambahkan, komoditas yang paling dominan diusahakan di Maluku yakni ubi kayu sebesar 38,67 persen, diikuti kelapa 32,62 persen dan terendah yakni pisang kepok sebesar 7,81 persen.
10 komoditas yang banyak diusahakan UTP di Maluku berasal dari tiga subsektor yaitu tanaman pangan (ubi kayu, ubi jalar, dan talas), perkebunan (kelapa, cengkeh, pala, dan kakao), peternakan (berupa ayam kampung biasa), dan hortikultura (berupa) pisang raja dan pisang kepok),” tutupnya. (EVA)