AMBON (info-ambon.com)- Di tengah hiruk-pikuk aktivitas pelayanan di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Ambon, tampak seorang perempuan muda sedang mengurus administrasi kepesertaannya.
Ia adalah Yuni Vloreta Laitawono, seorang peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak tahun 2015. Ceritanya menjadi salah satu bukti nyata bahwa Program JKN benar-benar hadir sebagai pelindung kesehatan masyarakat Indonesia, tanpa memandang latar belakang ekonomi.
“Saya terdaftar sebagai peserta dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI),” ucap Yuni membuka cerita kepada info-ambon.com di Ambon, Selasa (1/7/2025).
Pengalaman pertamanya memanfaatkan JKN bermula dari keluhan pada telinganya. Ia pun memutuskan untuk berobat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat ia terdaftar, yakni Puskesmas Benteng, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. Namun keluhan itu ternyata lebih serius dari yang diduga.
“Awalnya hanya terasa kurang nyaman, tapi makin lama muncul benjolan di belakang telinga. Akhirnya saya harus dirujuk ke Rumah Sakit Tingkat II Prof. dr. J. A. Latumeten dan menjalani operasi,” kenangnya.
Meski sempat ragu akibat berbagai kabar miring tentang perbedaan pelayanan antara pasien JKN dan pasien umum, kekhawatiran itu segera sirna saat dirinya mulai menjalani perawatan.
Menurut Yuni, seluruh tenaga kesehatan yang menangani sangat responsif, edukatif, dan memperlakukannya tanpa diskriminasi.
“Saya benar-benar merasa nyaman. Kami diperlakukan sama seperti pasien umum lainnya. Pelayanannya cepat, tidak ada perbedaan,” ujar Yuni dengan mata berbinar.
Tak hanya pada aspek pelayanan kesehatan, Yuni juga merasakan manfaat besar dari Aplikasi Mobile JKN. Fitur-fitur yang disediakan dinilainya sangat memudahkan dalam pengurusan administrasi. Antrean menjadi lebih tertib, peserta tidak perlu cemas kehabisan nomor antrean atau mengalami penumpukan di fasilitas layanan kesehatan.
“Teknologinya luar biasa membantu. Semua sudah tersistem, jadi lebih praktis dan efisien. Kita bisa fokus pada pemulihan, bukan disibukkan urusan administratif,” ungkapnya penuh rasa syukur.
Program JKN menurutnya telah menjadi jawaban atas kekhawatiran masyarakat, terutama mereka yang hidup dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Beban biaya kesehatan yang bisa muncul kapan saja kini tak lagi menjadi mimpi buruk. Yuni bahkan menyebut, selama menjalani pengobatan dan perawatan, ia dan keluarganya tak mengeluarkan biaya sepeser pun.
“Bayangkan kalau harus bayar sendiri, mungkin saya akan menunda pengobatan. Tapi karena semuanya ditanggung BPJS Kesehatan, saya bisa fokus pada penyembuhan,” tutur Yuni.
Di akhir perbincangan, Yuni menyampaikan apresiasi mendalam atas keberadaan Program JKN yang menurutnya telah membawa harapan dan ketenangan bagi keluarganya. Ia juga berpesan kepada masyarakat luas agar tidak menunda untuk menjadi peserta JKN.
“Jangan tunggu sakit dulu baru daftar. Sayangi diri dan keluarga. Proteksi sejak dini itu penting,” katanya menutup percakapan. (EVA DOLHALEWAN)
Discussion about this post