AMBON (info-ambon.com)– Kasus gizi buruk mengalami peningkatan di tahun 2022. Dimana, di trimester pertama di tahun 2022 terdapat 77 kasus.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan kota Ambon, Yusda Tuharea, mengatakan dalam kurun waktu dua tahun terakhir kasus gizi buruk di Kota Ambon mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
“Kasus gizi buruk di Kota Ambon, dia Tahun 2020, kita temukan 6 kasus, kemudian di tahun 2021 naik menjadi 47 kasus dan disemester pertama tahun 2022 ini naik menjadi 77 kasus,”katanya kepada wartawan di Balai Kota Ambon, Jumat (22/7/2022).
Tuharea menegaskan, dengan meningkatkan kasus gizi buruk di Kota Ambon dalam kurun waktu dua tahun terakhir membuat pihaknya pihaknya melaksanakan kegiatan pelatihan tatalaksana penanganan gizi buruk bagi seluruh dokter Puskesmas, Bidan Puskesmas, petugas gizi Puskesmas yang ada di Kota Ambon.
“Pelatihan ini kita lakukan mengingat angkas kasus gizi buruk terus mengalami peningkatan. Dan Puskesmas harus menjadi garda terdepan dalam penanganan kasus tersebut,”jelasnya.
Dikatakan, penyiapan tenaga medis di Puskesmas merupakan hal yang mutlak untuk melakukan penanganan secara dini, sebelum kasus tersebut dirujuk dan ditangani di tingkat Rumah Sakit.
“Nah untuk ini kita perlu tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas mampu tata laksa sehingga tidak semua kasus itu bisa dirujuk ke RS, kalau di Puskesmas itu bisa langsung didiagnonis dan ditangani maka tidak perlu lagi ada yang sampai ke RS,”paparnya.
Diakui, selama ini Puskesmas belum maksimal dalam penanganan kasus gizi buruk di Kota Ambon. Padahal seluruh Puskesmas yang ada di Ibu Kota Provinsi Maluku ini telah memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
“Puskesmas harus menjadi garda terdepan dalam menangani kasus gizi buruk. Kenapa ? karena kita punya Puskesmas punya FKTP. Kita tidak mau lagi ada pasien atau kasus gizi buruk harus ampai ditangani di RS,”tegasnya.
Disinggung soal penyebaran kasus, Tuharea mengaku, tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Kota Ambon.
“Kita tidak bisa sebutkan bahwa tertinggi dikecamatan A atau B, yang pastinya kasus ini ada di 5 kecamatan di Kota Ambon. Dan untuk penanganan pengobatan itu tugas kami,”demikian Tuharea. (EVA)