Catatan Ringan, Polly Joris
SWAFOTO atau selfi sudah menjadi tren kids zaman now, seiring kemajuan teknologi dewasa ini. Smartphone atau telepon pintar, salah satu alas an mengapa swafoto berkembang pesat diperadaban now.
Implikasi dari kemajuan ini, tentu membawa dampak positif dan tak sedikit pula sebaliknya. Positifnya, tanpa biaya mahal, objek atau ikon-ikon menarik yang dulunya tertutup kabut publikasi, jadi terang benderang. Bahkan jadi incaran wisatawan. Wajah yang dulunya berkerut, berkat 360 kini tampil aduhai, bulan-matahari-bintang yang dulunya jarang terlihat karena tertutup kabut apalagi digenggam, kini seakan tak berjarak. Dan masih banyak lagi cerita positif lainnya terkait hal itu. Negatifnya, banyak korban juga berjatuhan akibat swafoto itu. Ada yang jatuh dari ketinggian dan meninggal, namun tak jarang juga ada yang kecewa dan patah hati, karena 360 mengalahkan wajah asli dan akhirnya menjomblo…hahahaahahaaa….itulah kecanggihan teknologi kita. Canggih namun masih canggung.
Ambon, dengan begitu banyak keindahan alamnya dan beragam inovasi dan kreasi pemerintah serta kids zaman now-nya, juga terangkat naik ke permukaan sebagai salah satu kota yang layak dikunjungi akibat kemajuan teknologi itu.
Daerah yang dulunya terkenal di Ambon kini semakin mendunia, dan lokasi yang dulunya tertutup kabut, kini terangkat ke dunia nyata berkat dunia maya. Bahkan mencapai titik-titik viral tertentu.
Bicara soal swafoto atau selfi di spot-spot Kota dan Pulau Ambon, jadi sorotan tulisan kali ini. Di Jembatan Merah Putih (JMP) Ambon, kalau kita berswafoto, itu sudah biasa. Di Natsepa, Pintu Kota, Liang, Namalatu, Amahusu mungkin juga sudah menjadi hal biasa bagi warga dan masyarakat di Ambon dan sekitarnya, tak terkecuali turis local dan regional bahkan internasional. Walau sudah terlanjur terkenal, namun ada spot-spot yang dibuat semenarik mungkin untuk menghipnotis penglihatan teman-sahabat yang melihatnya. Ibarat kiasan, wajah lama lagu baru.
Nah terlepas dari wajah lama lagu baru diatas, maka dalam sepekan terakhir ini, warga Ambon kini dibuat terhipnotis dengan penampilan baru jembatan lama. Ya, Jembatan Wai Ruhu (JWR) Galala, kini menyedot perhatian dunia.
JWR yang pada akhir tahun lalu ditutup untuk kepentingan dan aktifitas umum, karena direnovasi, kini tampil seksi. Memang, struktur jembatannya tetap sama, lebar jembatannya sama, panjangnyapun tetap sama dan sepintas di siang hari, juga terlihat tak ada perubahan.
Keseksian JWR itu mulai nampak pada malam hari. Entah parfum dari mana yang dia pakai, make up apa yang JWR gunakan, namun yang pasti, gaun transparan yang menghiasi tubuhnya, membuat JWR seolah menjadi magnet baru ikon pariwisata di Ambon. Benar-benar seksi dan menakjubkan.
Beta tidak akan panjang lebar mengisahkan kesesksian JWR dalam tulisan ini. Beta ingin, pembaca yang mendeskrepsikannya sendiri saat berkunjung kesana, sebelum jembatan itu dibuka kembali untuk umum. Tapi dari sudut pandang lain, beta menyimpulkan, JWR tak mau kalah dengan adiknya JMP. Ya…kalaupun JWR kalah dari adiknya, mungkin itu dari sisi panjangnya saja.
Ketika matahari masuk ke peraduannya dan rembulan menyapa bumi Ambon, parkiran panjang roda 4 dan roda 2 bak sementara ada kondangan diseputaran JWR. Sambaran blitz dari smartphone, kamera poket sampai kamera keluaran terbaru sekalipun, silih berganti di kawasan itu. Beraneka keterangan gambarpun bermunculan sesuai isi hati dan nafsu para handphonegrafer dan fotogfafer. Macam-macam captionnya. Seolah, mereka adalah orang yang pertama yang mengunggahnya ke media social dan dunia maya. Om FB dan tante twitter bisa menceritakannya lebih lanjut.
Ya..itulah sepenggal manis, cerita kini JWR Desa Galala, Kecamatan Sirumau, Kota Ambon, Provinsi Maluku, Negara Indonesia. Kebadaian swafoto awal ini, mungkin akan memudar, ketika JWR dibuka kembali untuk umum.Tapi setidaknya, saat ini, JWR menjadi ikon baru swafoto/selfi di Ambon. Mari, jadi saksi awal, swafoto ikon baru di Galala, Desa Ikan Ambon….(***)