SAUMLAKI (info-ambon.com)- Pemerintahan baru Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) di bawah kepemimpinan Bupati Ricky Jauwerissa dan Wakil Bupati Juliana Ch. Ratuanak menghadapi tantangan pelik sejak hari pertama menjabat. Mereka mewarisi warisan berat: keuangan daerah terpuruk, proyek strategis mangkrak, dan tata kelola pemerintahan yang kacau.
Kondisi keuangan Tanimbar disebut-sebut berada di ambang krisis. Beban utang menumpuk, infrastruktur publik terbengkalai, dan belanja daerah selama ini dinilai tidak efektif. Sejumlah proyek hanya berakhir pada pembangunan got dan tugu yang minim manfaat langsung bagi masyarakat.
“Kami tidak datang untuk mencari kambing hitam. Tapi kami juga tak bisa menutup mata atas fakta-fakta ini,” ujar Bupati Ricky Jauwerissa kepada wartawan, Kamis, (6/6/2025).
Menghadapi realitas tersebut, Jauwerissa–Ratuanak mengambil langkah cepat dengan kebijakan efisiensi menyeluruh. Belanja non-prioritas dipangkas, honorarium dan anggaran birokrasi diperketat, serta pengelolaan fiskal didesain ulang dengan pendekatan transparan dan berbasis kebutuhan riil masyarakat.
Namun, transisi menuju pemerintahan yang efisien tak sepenuhnya berjalan mulus. Penolakan dan keresahan mulai muncul, baik dari kalangan birokrat maupun sebagian masyarakat yang merasa terusik kenyamanan lamanya.
“Resah itu manusiawi. Tapi kita tidak bisa terus-menerus bertahan dengan pola pikir lama yang konsumtif,” kata Wakil Bupati Juliana Ratuanak dalam sebuah forum publik pekan ini. “Tanimbar butuh keberanian untuk berpikir dan bertindak di luar kebiasaan.”
Alih-alih fokus pada pencitraan, duet Jauwerissa–Ratuanak memilih kerja senyap dan transformasi jangka panjang. Pemerintahan mereka menekankan pelayanan publik yang efektif serta mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dalam proses pembangunan.
Meski jalan yang ditempuh tidak mudah, keduanya percaya pondasi baru tengah dibangun untuk masa depan Tanimbar yang lebih sehat dan akuntabel. “Ini bukan tentang hari ini, tapi tentang menyiapkan arah yang benar untuk tahun-tahun ke depan,” ujar Jauwerissa.
Kepulauan Tanimbar kini berada di persimpangan penting.
“Masa depan belum pasti, tetapi harapan mulai tumbuh dari reruntuhan,” tutup Jauwerissa. EVA)
Discussion about this post