AMBON(info-ambon.com)-Sekretaris Kota (Sekot) Ambon, A G Latuheru memastikan, pihaknya meminimalisir kecolongan data ganda kerusakan rumah akibat gempa di Ambon. Salah satu cara yang digunakan untuk pendataan kali ini, yakni menggunakan kordinat titik rumah.
Kepada info-ambon.com, Kamis (14/11/2019) Latuheru yang juga ketua Posko Bencana Gempa Kota Ambon menyebutkan, jika ada warga yang sengaja menggunakan nama orang lain untuk satu rumah yang rusak, maka itu akan langsung ketahuan.
‘’Jadi saat gempa 26 September lalu, semua rumah yang rusak, baik berat-sedang dan ringan sudah diverifikasi. Tiap rumah punya kordinat masing-masing. Begitu juga dengan pasca 10 November lalu,’’ tegasnya.
Olehnya, sangat sulit untuk warga yang sengaja mau mengelabui petugas pada satu titik rusak yang sama. ‘’Ya mungkin saja kalau rumah itu bertambah kerusakannya karena goncangan 10 Oktober atau 12 November, itu akan diverifikasi lagi. Tapi kalau tujuannya untuk mendapatkan bantuan double, maka langsung akan ketahuan.
‘’Jadi misalnya rumah si A yang rusak pada 26 September kita sudah tahu titik kordinatnya berapa di bujur timur, berapa di lintang selatan dan sebagainya, kita sudah tahu persis. Kalau ternyata orang itu menyembunyikan nama dengan menggunakan nama orang lain, pasti kita tahu, sebab datanya terkoneksi dengan aplikasi,’’ kata Latuheru.
Terkait dengan jumlah bangunan yang rusak pasca gempa Ambon 26 September lalu, Sekot yang biasa disapa Tonny Latuheru tersebut merinci ada 1631 rumah yang rusak sesuai data terverifikasi dengan 306 rumah yang rusak berat sisanya ringan dan sedang.
Sementara data rumah rusak pasca gempa 10 Oktober sudah ada data, namun belum diverifikasi secara menyeluruh dengan pihak BNPB. Nanti setelah final baru diumumkan ke public, sementara pasca 12 November akan kita verifikasi juga untuk dikirim. ‘’Jadi setiap kejadian, datanya berbeda. Data lengkap baru dikirim ke BNPB untuk proses bantuan,’’ demikian Tonny Latuheru. (PJ)