Gubernur: Pattimura Rela Berkorban untuk Bangun Maluku. Kok Kita Masih Egois?

Upu Latu Maluku, Murad Ismail saat memimpin HUT ke-202 Pattimura di Saparua, Maluku Tengah, Rabu (15/5/2019).-IKA-

SAPARUA(info-ambon.com)-Gubernur Maluku, Murad Ismail yang juga adalah Upu Latu Maluku meminta seluruh masyarakat Maluku khususnya generasi muda untuk terus menggelorakan semangat Pattimura. Semangat Pattimura yang dimaksud adalah berjuang dan berani berkorban untuk membangun daerah ini.

“Hilangkan egoisme dan primordialisme sempit berdasarkan kelompok, kampung dan agama serta perkuat spirit kebersamaan sesama orang basudara,”imbaunya saat peringatan HUT 202 Pattimura di Saparua, Maluku Tengah.

Gubernur juga menegaskan bahwa, perjuangan saat ini bukan lagi melawan penjajah dengan parang, tombak atau senjata, tetapi perjuangan saat ini yaitu, bagaimana bangun dan kembangkan pertalian sejati sesama orang basudara untuk bakukele, Masohi dan Badati bangun Maluku yang maju dan sejahtera dan berdaulat sesuai tema HUT Pattimura yakni ”Kita Lestarikan Budaya Maluku Guna Memperkokoh Kehidupan Orang Basudara Bangun Maluku Yang Aman Dan Sejahtera.

Kapitan Pattimura alias Thomas Matulessy, kata Gubernur merupakan seorang laki-laki Kabaressi gagah berani yang rela berkorban untuk emansipasi (kebangkitan) harkat dan martabat bangsanya.

“202 tahun sudah perjuangan Pattimura, tetapi api perjuangannya selalu menyala. Dia telah mengajarkan kepada kita tentang makna dan arti penting menjadi seorang pejuang, bukan seorang pecundang. Pejuang yang rela mengorbankan seluruh jiwa raga untuk bangsanya, pejuang yang lebih mementingkan kepentingan bangsanya lebih dari kepentingan diri dan kelompoknya, pejuang yang selalu mau mengayomi, bukan sekedar mau diayomi, pejuang bukan mau dilayani tetapi melayani, pejuang yang yang berjiwa besar dan punya punya mimpi besar untuk bangsanya,” kata gubernur.

Gubernur juga mengingatkan tentang semangat patriotisme dan nasionalisme yang boleh dikatakan sedang berada di titik nadir. “Betapa nyaris, arus besar neo-liberalisme dan neo-kapitalisme telah melunturkan kabanggaan identitas kebudayaan kita sebagai orang Maluku dan bangsa Indonesia, dan bangga dengan menggunakan identitas orang lain,” ingatnya.

Bukan hanya itu, sebut gubernur, pergeseran nilai-nilai budaya juga punya dampak yang sangat signifikan terhadap rapuhnya ikatan-ikatan hidup orang basudara atau solidaritas sesama anak bangsa.

“Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir, khususnya pada saat Pilpres dan Pileg 2019 ini hoax dan ujaran-ujaran kebencian bertebaran dengan bebas di media sosial, membuat kita terpolarisasi. Bukan hanya itu, politik identitas juga berdampak pada upaya mempertentangkan agama dan negara atau agama dan Pancasila. Karena bagi kita bangsa Indonesia, tidak ada pertentangan antara agama dan negara. Bahwasanya semua agama di Indonesia telah final menerima Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” ungkap gubernur.

Sebelum upacara, prosesi dirangkaikan dengan peletakan karangan bunga oleh Gubernur Maluku dan ahli waris di tugu Monumen Kapitan Pattimura.

Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan Obor Pattimura dari Camat Saparua, A. Pattiasina kepada Bupati Maluku tengah, Abua Tuasikal dari Gunung Saniri yang diarak para pemuda ke lapangan Pattimura sebagai lokasi perayaan yang dilatarbelakangi benteng Duurstede dan diaroma Pattimura untuk diserahkan kepada Upu Latu Upacara untuk dinyalakan ke obor induk dalam rangka perayaan HUT pahlawan nasional Kapitan Pattimura.

Hadir dalam peringatan HUT Pattimura dan Pengukuhan diantaranya Forkopimda Provinsi Maluku, Bupati Maluku Tengah, Forkompmda Kota Ambon, Pimpinan Umat Beragama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda dan Tokoh Masyarakat. (IKA)

Exit mobile version