AMBON (info-ambon.com)- Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Ambon, Welly Patty menyampaikan, di tahun 2022 terdapat sebanyak 510 anak di Kota Ambon mengalami stunting.
Di Tahun 2022 ini Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon menetapkan 38 Desa/Negeri/Kelurahan sebagai lokus stunting dengan verifikasi terhadap 13.122 anak dan terdapat 600 anak stunting dengan Prevalensi 4,6 % kemudian setelah dilakukan Validasi data hingga bulan Oktober 2022 ini masih terdapat 510 anak stunting.
“Memang data stunting di Kota Ambon tahun 2022 itu 600 orang, data dari Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-ppgbm), setelah kita melakukan koordinasi, audit stunting kemudian validasi data dengan semua tim, didalamnya ada Dinas Kesehatan, kepala desa, raja, Lurah/camat di 5 Kecamatan. Nah 5 Kecamatan data valid per bulan Oktober 2022 sebanyak 510 anak,” katanya kepada wartawan usai kegiatan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) di Kantor Desa Hunut, Kecamatan Teluk Ambon, Rabu (16/11/2022).
Dikatakan, terdapat 5 penyebab stunting di Kota Ambon, yaitu asupan gizi, kalori, jumlah anggota keluarga, sanitasi, Asi ekslusif. “Ternyata di Ambon yang paling tinggi itu pendapatan, penyebab stunting, yakni keasupan gizi dan pendapatan 201, sanitasi 110, pola asuh 199.
Asupan gizi dan pola asuh kita intervensi dengan sosialisasi, karena ada keluarga kaya tapi anaknya stunting. Nah penyebabnya adalah pola asuh yang tidak benar, mungkin saja tiap hari kasih makan sarimi, sehingga membuat berat badan anak tidak baik, tetapi ada yang karena memang ASI ekslusif tidak diberikan secara sempurna,” lanjut Patty. Diakui, jumlah stunting terbanyak di Negeri Laha.
Tetapi ada desa/negeri, kelurahan yang sudah lolos dari stunting, yakni Negeri Amahusu, Kelurahan Mangga dua, Galala, Amantelu. Selain itu, jika dibandingkan, lanjut Patty, dengan tahun 2019, 2020, tertinggi di tahun 2021. “Pada tahun 2021 stunting mengalami kenaikan sebanyak1500 anak, 2022 menurun menjadi 510. Stunting semakin hari semakin menurun, karena sudah ada penanganan stunting secara konvergensi spesifik dan sensitif dari Dinas Kesehatan, OPD tekait yakni BKKBN, PUPR, DPAMD, DKP, kita kerja bersama untuk. Semoga dengan program bantuan orang tua asuh benar-benar menurunkan kasus ini,” harapnya.
Dikatakan, untuk dapat menurunkan angka stunting, maka komitmen kita semua menjadi sangat penting untuk dapat menurunkan prevalensi di Kota Ambon. “Apabila seluruh rangkaian kegiatan percepatan penurunan stunting dilaksanakan secara holistik, integratif, tematik dan spasial, melalui pelaksanaan mengedepankan kualitas serta koordinasi, dan sinergi, sinkronisasi di antara dan seluruh mitra kerja serta pemangku kepentingan,” ujar Patty.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena menegaskan, tugas menurunkan angka stunting di Ambon bukan hanya tupoksi jajaran BKKBN atau satu individu semata, tetapi diperlukan satu kesatuan yang terintegrasi mulai dari seluruh OPD, Camat, Kepala Desa/Negeri/Lurah, para organisasi profesi, para pelaku usaha, hingga elemen masyarakat lainnya untuk dapat bekerja sama secara konvergen dan terintegratif. Desa/Negeri/Kelurahan.
“Saya menyambut baik pelaksanaan kegiatan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) disaat ini, sebagai wujud kepedulian kita semua dalam upaya menurunkan angka Stunting di Kota Ambon. Dengan adanya “Dapur Sehat” dapat kita maknai sebagai penyediaan makanan dengan bahan pangan lokal yang higenis dan bergizi tinggi yang ada disekitar kita, walaupun sederhana tetapi memiliki nilai gizi yang cukup bagi kebutuhan Ibu menyusui dan bayi,” demikian Wattimena. (EVA)
Discussion about this post