AMBON (info-ambon.com)- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Maluku, Rawindra Ardiansah menyampaikan, realisasi inflasi gabungan kota di Provinsi Maluku tercatat lebih kecil dibandingkan nasional yang sebesar 0,21% (mtm).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi bulanan gabungan kota di Provinsi Maluku tercatat deflasi sebesar -0,09% (mtm). Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi bulan Juni 2023 yang mengalami inflasi sebesar 1,07% (mtm).
“Secara spasial, penurunan tekanan harga gabungan kota di Provinsi Maluku pada bulan Juli 2023 didorong oleh deflasi yang terjadi pada Kota Ambon dan Kota Tual yang masing-masing mengalami deflasi -0,06% (mtm) dan -0,50% (mtm),” katanya dalam rilis tertulis yang diterima Redaksi info-ambon.com, Rabu (2/8/2023).
Dijelaskan, berdasarkan kelompok pengeluaran, tekanan harga yang menurun didorong oleh Kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Pada bulan Juli 2023, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi sebesar -1,26% (mtm).
Menurunnya kelompok makanan, minuman, dan tembakau didorong oleh tingkat suhu permukaan laut dan suhu gelombang yang mulai melandai, sehingga mendukung aktivitas tangkap oleh nelayan dan mengurangi hambatan distribusi pangan.
Selain itu, tingkat curah hujan di wilayah sentra produksi pangan di Maluku yang cenderung menurun, turut mengurangi tekanan penurunan produksi. Oleh karena itu, penurunan kelompok makanan, minuman dan tembakau tersebut, terutama didorong oleh komoditas perikanan dan hortikultura, antara lain ikan layang, ikan selar, dan sawi hijau yang masing-masing mengalami deflasi sebesar -36,51% (mtm), -39,99% (mtm), dan -35,51% (mtm).
“Peningkatan ini didorong oleh peningkatan harga avtur pada bulan Juli 2023 yang mendorong tekanan harga pada komoditas angkutan udara sebesar 5,64% (mtm). Selain itu, peningkatan bahan bakar rumah tangga juga meningkat sebesar 2,37% (mtm) yang disebabkan adanya peraturan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang diterapkan di kota Ambon pada akhir bulan Juni 2023 mendorong peningkatan harga minyak tanah di tingkat konsumen,” papar Ardiansah.
Sementara itu, secara tahunan, pada bulan Juli 2023 tekanan inflasi gabungan kota di Provinsi Maluku mengalami penurunan. Inflasi tahunan tercatat sebesar 4,23% (yoy), menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 6,07% (yoy). Meskipun mengalami penurunan, capaian inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 3,08% (yoy), sekaligus masih lebih tinggi dari sasaran inflasi nasional tahun 2023 yang ditetapkan pada rentang 3,0+1% (yoy).
“Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus memperkuat berbagai upaya sinergis dan intensif untuk meredam tingkat inflasi, Salah satunya kegiatan gelar operasi pasar, kegiatan gelar pangan murah, dan juga penjajakan kerja sama antar daerah (KAD) B2B yang akan semakin diintensifkan di sepanjang semester II 2023 untuk mengendalikan stabilitas harga serta mendukung ketahanan pangan nasional, guna mendukung pencapaian inflasi yang sesuai dengan rentang sasarannya pada 2023,” pungkas Ardiansah. (EVA)