AMBON (info-ambon.com)-Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Maluku mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Maluku pada Juni 2022 inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya. Inflasi bulanan Maluku pada Juni 2022 tercatat sebesar 0,11% (mtm), menurun dibandingkan dengan bulan Mei 2022 yang sebesar 0,73% (mtm).
“Capaian inflasi Maluku pada Juni 2022 tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian inflasi nasional sebesar 0,61% (mtm),” kata Kepala BI Provinsi Maluku, Bakti Artanta dalam rilis tertulisnya yang diterima Redaksi info-ambon.com, Rabu (6/7/2022).
Dikatakan, secara tahunan, capaian inflasi Maluku pada Juni 2022 tercatat sebesar 4,19% (yoy), menurun dari bulan sebelumnya sebesar 4,93% (yoy) serta lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 4,35% (yoy). Meskipun menurun, capaian inflasi Maluku pada Juni 2022 ini masih berada di atas sasaran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) 2022 sebesar 3,0±1% (yoy).
“Meredahnya tekanan inflasi bulanan Maluku pada Juni 2022 ini didorong oleh turunnya tingkat harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau hingga mencatatkan deflasi sebesar -0,38% (mtm),” terang Artanta.
Sementara itu, Deflasi pada kelompok komoditas tersebut utamanya terkait dengan meredanya level La Nina di kawasan Maluku yang berdampak pada produksi komoditas perikanan tangkap. Hal ini antara lain terkonfirmasi oleh penurunan harga pada komoditas ikan tangkap seperti selar, cakalang, dan layang yang masing-masing tercatat sebesar -17,66% (mtm), -21,71% (mtm), dan -10,47% (mtm). Tingkat deflasi yang lebih dalam pada kelompok makanan, minuman, tembakau tertahan oleh inflasi yang masih terjadi pada komoditas hortikultura seperti bawang merah, tomat, dan cabai rawit yang masing-masing sebesar 33,91% (mtm), 18,28% (mtm), dan 5,62% (mtm). Kenaikan harga pada komoditas ini disebabkan oleh terganggunya pasokan dari daerah pemasok. Curah hujan yang tinggi pada daerah sentra di Jawa dan Sulawesi Selatan berdampak pada menurunnya produksi dan mendorong kenaikan harga, utamanya cabai.
Di sisi lain, meningkatnya inflasi pada kelompok transportasi menjadi 0,88% (mtm) juga menahan penurunan inflasi yang lebih dalam di bulan Juni 2022. Inflasi pada kelompok tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara yang meningkat sebesar 3,35% (mtm) sebagai dampak dari Keputusan Menhub No.68 Tahun 2022 tentang biaya tambahan tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara sebagai respon atas kenaikan harga minyak dunia yang terjadi saat ini. Hal tersebut memungkinkan maskapai penerbangan menaikkan harga tiket 10-20% di atas Tarif Batas Atas (TBA). Terlebih, masih tumbuhnya permintaan penerbangan ditengah pelonggaran regulasi mobilitas masyarakat turut mendorong kenaikan tarif angkutan udara.
“TPID Provinsi Maluku berkomitmen untuk terus memperkuat koordinasi upaya pengendalian inflasi di tahun 2022. Kondisi iklim yang belum kondusif yang berdampak pada pola tangkap/panen pertanian, kenaikan tarif energi, kenaikan harga barang impor akibat dampak dari konflik geopolitik maupun kebijakan proteksi ekspor-impor menjadi tantangan utama,” jelasnya
Untuk itu, lanjut Artanta, strategi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) yang telah dituangkan dalam Roadmap (Peta Jalan) Pengendalian Inflasi 2022-2024 akan menjadi tumpuan dalam pengendalian inflasi di Maluku. Sebagai bagian dari strategi ini, upaya untuk meningkatkan ketercukupan produksi bahan makanan pokok terkhusus Volatile Food (VF) dari dalam wilayah Maluku dan percepatan terbentuknya neraca pangan serta melakukan pemantauan pasokan rutin dalam rangka memastikan pasokan bahan pokok di Maluku tetap terjaga. Percepatan realisasi perluasan Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan provinsi lain di Indonesia juga akan terus diperluas guna memperkuat ketahanan pasokan di Maluku,” pungkasnya. (EVA)
Discussion about this post