AMBON (info-ambon.com)-Raja Negeri Rutong, Reza Valdo Maspaitella, akan menerima kunjungan delegasi parlemen Belanda di Negeri Rutong, Pulau Ambon, Jumat (12/7/2025).
Kunjungan ini akan diawali dengan sambutan adat khas Rutong, dilanjutkan dengan kunjungan ke hutan sagu, pertunjukan budaya, serta dialog bersama masyarakat adat.
Menurut Reza, kunjungan ini merupakan kehormatan besar sekaligus kesempatan strategis untuk menunjukkan jati diri dan kekayaan nilai-nilai masyarakat adat Maluku, khususnya di Pulau Ambon.
“Kami ingin agar delegasi parlemen Belanda bisa memahami lebih dekat kehidupan masyarakat adat di Maluku. Di sini, demokrasi telah hidup sejak berabad-abad melalui sistem Saniri, Soa, dan lembaga adat lainnya,” kata Reza kepada wartawan di Ambon, Kamis (11/7/2025).
Lebih jauh, Reza menekankan bahwa nilai-nilai demokrasi dan pelestarian lingkungan bukanlah konsep baru bagi masyarakat adat Maluku. Ia mencontohkan praktik sasi, yaitu sistem adat yang mengatur pelestarian alam dan sumber daya laut, sebagai bentuk kearifan lokal yang selaras dengan isu global saat ini.
“Ketika dunia baru membicarakan pelestarian lingkungan, masyarakat adat di sini sudah hidup dengan itu sejak dulu. Jadi ini bukan hal baru bagi kami,” jelas Reza.
Raja Rutong menegaskan bahwa kunjungan parlemen Belanda ini menjadi momen untuk membangun kerja sama yang berbasis masyarakat, bukan sekadar bantuan keuangan.
“Kami tidak minta uang. Maluku dan masyarakat adat sudah ada bahkan sebelum Indonesia terbentuk. Tapi kami ingin membangun kebersamaan, kerja sama antarmasyarakat, terutama dalam pelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi negeri-negeri adat,” ungkapnya.
Ia berharap, model pembangunan berbasis negeri adat ini bisa menjadi contoh nasional dan bahkan internasional. “Kalau dunia luar saja memperhatikan, masa pemerintah pusat tidak melihat potensi ini? Tapi kalau pun tidak, kami masyarakat adat akan tetap berdiri sendiri dan membangun dari negeri,” ujarnya tegas.
Reza mengungkapkan, mulai tahun depan, Pemerintah Negeri Rutong akan mulai mengembangkan model pembangunan berbasis negeri-negeri adat bersama Pemerintah Kota Ambon dan DPRD Kota Ambon.
“Kita mulai dari Leitisel, lalu menyebar ke Nusaniwe, Baguala, Leihitu, hingga ke daerah lain seperti SBB dan Kamariang. Pelan-pelan kawasan pertumbuhan ini akan menjadi titik perdagangan, pariwisata, dan kerja sama antarpulau,” kata Reza.
Ia menyebut langkah ini sebagai kontribusi nyata masyarakat adat dalam pembangunan Maluku dari bawah. “Biasanya pembangunan datang dari atas. Sekarang, kami tunjukkan bagaimana masyarakat adat bisa bangkit bersama, saling topang, membangun dari akar,” pungkasnya. (EVA)
Discussion about this post