AMBON(info-ambon.com) Kota Ambon terus berbenah menuju salah satu kota kreatif di dunia berbasis music. Rencananya, penetapan untuk itu, akan dilakukan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam tahun ini pada sidang tahunannya di Paris-Prancis. Selain Ambon sebagai kota kreatif berbasis musik, ada juga Pekalongan
Belakangan, bertebaran pertanyaan soal bagaimana kota music dunia itu, banyak selentingan soal kesiapan kota ini menjadi kota music dunia, bahkan pertanyaan yang mengarah pada belum siapnya kota ini menjadi kota music. Parahnya, pertanyaan-pertanyaan bernada minor itu, datangnya dari orang Ambon sendiri. Sedihnya lagi, pertanyaan itu malah berasal dari para musisi, penyanyi bahkan pegiat music di Ambon. Tidak semua memang.
Padahal siapa sich yang meragukan kemampuan nyanyi orang Ambon-Maluku, padahal siapa sich yang meragukan kemampuan musik orang Ambon-Maluku. Dunia saja mengakuinya, apalagi Indonesia, sayang di daerah sendiri dikritik habis, walau sekali lagi tak semua orang.
Lalu sebenarnya apa sich yang menjadi target Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon untuk penetapan UNESCO sebagai salah satu kota kreatif berbasis music? Ini penjelasan Walikota Ambon, Richard Louhenapessy.
‘’Kota kreatif berbasis music versi UNESCO itu, bukan lalu tiap hari ada musik di Ambon. Tidak juga. Kota kreatif berbasis music versi UNESCO itu bukan harus ada gedung pertunjukan yang bagus. Tidak selamanya. Kota kreatif berbasis music versi UNESCO itu bukan harus ada band-band dunia yang manggung di Ambon. Tidak demikian. Bukan harus ada penyanyi-penyanyi yang bagus berkaliber dunia yang konser di Ambon. Tidak melulu. Tapi banyak factor yang mendorongnya, namun yang paling penting juga ada,’’ tegas Walikota Louhenapessy.
Lalu apa sebenarnya kriteria yang dipasang UNESCO untuk Ambon. ‘’UNESCO ingin membuktikan, apakah benar kota ini rakyatnya memiliki jiwa music atau tidak. UNESCO ingin membuktikan apakah kota ini rakyatnya memiliki insting selaku musikus ataukah tidak. Ini alas an utama UNESCO ingin menetapkan Ambon sebagai kota kreatif berbasis musik. Simple khan. Dan criteria UNESCO ini dimiliki oleh Kota Ambon,’’ tandasnya.
Menurutnya, potensi dan bakat musik yang dimiliki warga Ambon sangat dikagumi UNESCO. Kenapa? sebab semua lapisan masyarakat dengan kepelbagaiannya memiliki talenta itu. ‘’Saya bawa tamu UNESCO ke terminal, saya panggil para sopir dan mereka menyanyi, dan semua nyanyi lagu yang bagus dengan pembagian suara yang merdu, dan UNESCO kaget. Jadi menyanyi itu bukan saja konsumsi dan milik dari artis, sebab sopir, abang becak, tukang ojek, ibu rumah tangga, pelayan restoran, anak sekolah, mahasiswa, petani, nelayan dan apapun profesinya di Ambon, semua miliki jiwa dan bakat musik yang sudah ada sejak lahir atau alamiah,’’ tandasnya dan menambahkan, UNESCO telah melihat hal itu secara langsung, dan mereka meniyakan bahwa DNA Ambon adalah musik.
Louhenapessy tambahkan, UNESCO sangat kagum dengan intuisi (kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas) yang dimiliki orang Ambon tentang music, bahkan juga insting (suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tetapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun (filogenetik) yang dimiliki orang Ambon tentang musik. ‘’Ini yang kita tangkap. Kita berusaha menggapainya,’’ tandasnya.
Dirinya juga pernah bersama staf UNESCO dan bertemu dengan warga Ambon yang tinggal pada lokasi berbeda. Saat dipanggil naik ke panggung dan diminta bernyanyi, 6 orang yang dipanggil naik dan tanpa ada latihan sebelumnya, salah satu dari mereka spontan membagi peserta dengan menyanyi suara berbagi, maka jadilah sebuah vocal grup yang menyanyikan lagu dengan bagus dengan pembagian suara yang merdu. ‘’Ini tidak dimiliki kota lain, hanya ada di Ambon. Dan ini sangat dikagumi UNESCO,’’ aku Louhenapessy.
Dia menambahkan, nanti kalau Ambon sudah ditetapkan menjadi salah satu kota music dunia oleh UNESCO, baru Pemkot Ambon akan mulai melengkapi yang dibutuhkan misalnya sebuah music room, sebuh gedung yang representative untuk pertunjukan music, kita tata lagi band-band kita, kita tata dan tinggatkan kapasitas penyanyi kita, sekolah music kita buka, sehingga ada perpaduan antara sistim pendidikan dan lainnya sesuai rekomendasi UNESCO.
Menurutnya, yang sering menyampaikan protes atau kritik tentang kota music, adalah sebenarnya mereka yang mencintai Ambon dengan talenta music yang berkelimpahan, cuma mereka memang belum mengerti saja.
Tim UNESCO ke Masjid di Ambon, mereka kaget ada music disana, ada hadrat, rebana mereka ke Gereja ada choir adan nyanyi solo, duet yang memukau ke sekolah juga ada biola, ada gitar ada alat band, ada choir, bahkan ke Lembaga Pemasyarakatpun ada music dan nyanyi disana.
Bahkan, karena publikasi yang besar atas kemampuan music talenta-talenta Ambon, maka sekarang ini, delegasi music Kota Ambon duindang ke mana-mana, baik dalam dan luar negeri.
‘’Saat ini, ada 2 tim yang sementara tampil luar negeri, yakni di Auckland, di Selandia Baru untuk mengisi acara Indonesia Expo Pasifik dan tampil di Australia untuk peringati 30 tahun hubungan Ambon-Australia. Ini bukan sembarang tampil, karena ini mewakili Ambon di tingkat internasional,’’ demikian Louhenapessy.
Louhenapessy juga menegaskan, berbagai kriteria lain yang masuk dalam ketentuan UNESCO, sudah giat dilakukan Ambon Music Office (AMO) bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) sejak beberapa tahun lalu, bahkan sejak 2011 dimana dirinya pertama kali mencanangkan Ambon sebagai kota musik di Indonesia.
Ia mencontohkan soal konfrensi music, soal pergerakan ekonomi terkait kreatifitas di bidang musik, acara musik skala besar, promosi pendidikan music, sekolah kejuruan atau pendidikan tinggi, dukungan kota kreatif dunia, regulasi, dukungan masyarakat. ‘’Semua Kriteria sudah kami siapkan dan sudah dikirim ke UNESCO, kita doakan bersama, upaya dan kerja bersama ini bisa mendapat hasil di sidang tahunan UNESCO mendatang,’’ pintanya. (PJ)