SELASA itu, (12/8/25), semenjak pagi, matahari tak malu-malu sapa bumi. Ada sebuah peristiwa saklar leluhur yang terjadi di Negeri Halong (Samasuru Amakeu). Sejak pagi itu, warga masyarakat negeri sudah berkumpul diseputaran Halong Baru. Dan tepat pukul 09.00 WIT, Raja dan Saniri Negeri Halong sudah menanti dan menjemput saudaranya dari Negeri Hitu Lama, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, pas diperbatasan antara Negeri Halong dan Desa administratif Lateri.
Pertemuan dua gandong (Halong-Hitu Lama) bukan sebatas seremoni. Ada suatu moment yang mempertemukan dua negeri tersebut. Pergantian Atap Baileo Negeri Halong. Bergantian atap yang bukan sebatas ganti, namun mengandung makna adat yang penting.

‘’Kami di Halong, tetap menjaga tradisi adat, moment pergantian atap baileo ini, kami jadikan momentum untuk mempererat hubungan gandong dengan Hitu Lama,’’ ujar Stella G Tupenalay, memulai acara dalam sekapur sirihnya.
Ia menyebut, bagian perbaikan atap ini, selain untuk memupuk hubungan kekerabatan juga sebagai tradisi orang Maluku yang suka tolong menolong, tanpa memandang suku, agama dan lainnya.
Tradisi leluhur yang sudah dibuat sebelumnya ini, kata Stella, patut diwariskan bagi anak cucu, khususnya yang ada di Halong.
Walikota Ambon, dalam sambutannya yang dibacakan Wakil Walikota Ambon, Elly Toisutta pada kesempatan itu sampaikan, Baileo bukan sekadar bangunan fisik saja. Akan tetapi, baileo adalah simbol persatuan, tempat musyawarah, wadah menjaga adat, dan pusat kebersamaan. Dan di sinilah nilai-nilai luhur diwariskan dari generasi ke generasi. karena itu, menjaga dan merawat baileo sama artinya dengan menjaga jati diri dan marwah negeri adat.
Menurut Wawali, pergantian atap baileo yang di lakukan hari ini, bukan hanya tentang mengganti bagian bangunan, tetapi juga tentang bagaimana kita merefleksikan pergantian atap baileo adalah sama halnya dengan kita memperbarui semangat kebersamaan, memperkuat persaudaraan, serta memastikan bahwa rumah adat kita tetap berdiri kokoh sebagai saksi sejarah dan pengikat tali pela-gandong.
Ditambahkan, lebih jauh daripada itu, adalah bagaimana kita dapat bekerja bersama-sama dan berkolaborasi dengan pemerintah untuk membangun dan menyejahterakan masyarakat Kota Ambon yang kita cintai, kita wujudkan kota Ambon menjadi kota par katong samua yaitu kota yang manisse yaitu maju, aman, nyaman, indah, sehat dan sejahtera.

Toisutta lanjutkan, semangat kerja sama ini adalah kekuatan sejati kita sebagai orang basudara dalam bingkai pela dan gandong.
‘’Harapan saya, baileo ini akan terus menjadi tempat yang hidup, tempat bermusyawarah, merayakan adat, mendidik generasi muda, dan menjadi symbol bahwa budaya dan kearifan lokal kita tetap lestari di tengah perkembangan zaman yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu,’’ pintanya.
Sebelum pergantian atap baileo, dilakukan juga pembacaan sejarah singkat Negeri Halong, oleh Sekretaris negeri setempat, Hellena Sutrahitu.
Hadir dalam acara itu, Ketua DPRD Kota Ambon, Mourits Tamaela, Asisten I Setkot Ambon, Kabag Pemerintahan, Raja Negeri Hitu Lama Sahana Pellu, Raja Negeri Batu Merah, Raja Negeri Urimesing, Danramil, Kapolsek Baguala dan sejumlah pejabat lainnya. (PJ)








Discussion about this post