AMBON (info-ambon.com)- Suasana hangat menyelimuti Negeri Rutong, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, saat delegasi parlemen Kerajaan Belanda melakukan kunjungan resmi, Jumat, (11/7/2025).
Kunjungan disambut langsung oleh Raja Negeri Rutong, Reza Valdo Maspaitella, serta masyarakat adat setempat, kunjungan ini bukan sekadar seremoni diplomatik, melainkan sebuah perjumpaan antara dua peradaban yang ingin saling mengenal lebih dalam melalui pendekatan akar rumput.
Kedatangan delegasi diawali dengan penyambutan adat khas Rutong—sebuah prosesi yang sarat makna spiritual dan kebudayaan. Para tamu kemudian diajak mengunjungi hutan sagu, menyaksikan pertunjukan budaya, dan berdialog langsung dengan warga tentang kearifan lokal dan sistem pemerintahan adat yang telah hidup selama berabad-abad.
Dalam berbagai sesi dialog, para delegasi terlihat antusias memahami sistem sosial-politik yang berjalan di Negeri Rutong. Mereka diajak masuk ke baileo, rumah adat yang menjadi pusat pengambilan keputusan, serta dikenalkan pada nilai-nilai adat yang menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat di Maluku.
Raja Reza menyebut bahwa Negeri Rutong merupakan satu dari sedikit titik di Indonesia yang dipilih untuk dikunjungi dari 165 negara yang menjadi opsi Komisi Hubungan Parlemen Belanda.
Pilihan itu, menurutnya, mencerminkan keinginan tulus parlemen Belanda untuk melihat Indonesia bukan hanya dari pusat kekuasaan, melainkan dari lapisan masyarakat yang selama ini jarang tersorot.
“Mereka ingin merasakan denyut kehidupan yang sesungguhnya. Bukan dari balik gedung-gedung tinggi di Jakarta atau hotel berbintang di Ambon, tapi dari tengah-tengah masyarakat adat yang masih menjaga jati dirinya,” kata Reza kepada wartawan.
Reza menekankan bahwa masyarakat adat Maluku telah lama menjalani konsep keberlanjutan secara alami.
“Kami menjaga hutan, laut, dan tanah bukan karena ikut tren, tapi karena memang begitulah cara hidup kami. Keberlanjutan adalah bagian dari adat,” ujarnya.
Salah satu anggota delegasi perempuan mengaku terkesan dengan cara Rutong memadukan tradisi dengan visi pembangunan masa depan. Baginya, Rutong menjadi contoh nyata bagaimana “sustainable living” tidak sekadar jargon, melainkan dijalankan melalui struktur sosial dan kebijakan adat.
Kunjungan ini juga membuka ruang dialog tentang inovasi dan teknologi.
Reza memperkenalkan sebuah inisiatif yang melibatkan pemuda Maluku dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan.
Salah satu contoh paling menonjol adalah teknologi pendingin ruangan tanpa freon yang diciptakan oleh seorang anak muda Maluku berusia 18 tahun, yang kini tengah diuji coba di hotel-hotel di Eropa.
“Bagi mereka, ini mengejutkan. Anak dari negeri kecil seperti Rutong bisa menciptakan teknologi yang relevan secara global. Itu membuktikan bahwa inovasi bisa lahir dari budaya yang membumi,” ujar Reza.
Hubungan antara Maluku dan Belanda pun meluas ke sektor olahraga. Saat ini sedang dijajaki kerja sama pembangunan stadion dan akademi sepak bola, yang bertujuan membina generasi muda melalui pendekatan sportivitas dan pendidikan karakter.
Reza menutup kunjungan itu dengan sebuah harapan, agar pertemuan ini bukan hanya menjadi catatan diplomatik, tetapi tonggak awal bagi hubungan yang lebih adil dan saling memberdayakan antara dua bangsa.
“Kami tidak ingin hanya menjadi pengikut. Masyarakat adat juga bisa menjadi pemimpin dalam pembangunan masa depan yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan,” katanya. (EVA)
Discussion about this post