AMBON(info-ambon.com)– Ketua Klasis Gereja Protestan Maluku (GPM) Kota Ambon (KKA), Pendeta Nick Rutumalessy menegaskan, berbagai kegiatan lomba yang dilakukan pihaknya dalam rangka memperingati HUT GPM dan Kota Ambon adalah sebagai respons dan dukungan Gereja Protestan Maluku khususnya KKA terhadap Ambon sebagai kota musik dunia dan smart city atau kota pintar.
Dengan KKA Cup, mendorong semua potensi di jemaat dimanfaatkan lewat pelayanan dan disatukan untuk nyatakan ke dunia bahwa Tuhan dimuliakan dan kehidupan tiap waktu semakin baik.
“Ini respons gereja mendukung Ambon kota musik. Semoga hasilnya berkualitas meski dalam keterbatasan. Terima kasih bagi jemaat yang belum terlibat, semoga kedepan jadi terdepan. Tahun depan bisa saja digelar libatkan klasis terdekat dan di Seram,” papar Nick.
KKA Cup 2019 kali ini melombakan beberapa jenis diantaranya solo anak, pendeta, vocal group, paduan suara dewasa campuran (PSDC), video Vlog bertema lingkungan dan debat Bahasa Inggris.
Sekretaris Kota Ambon, A G Latuheru menyatakan, Pemerintah kota (Pemkot) Ambon mengapresiasi dan mensupport penuh event Klasis Kota Ambon (KKA) Cup tahun 2019 dalam rangka HUT ke 84 GPM dan ke-444 kota Ambon, Jumat-Sabtu (30-31/8/19). Sebab semua lomba di KKA Cup disadari sebagai respons dan dukungan Gereja Protestan Maluku khususnya KKA terhadap Ambon sebagai kota musik dunia.
“KKA Cup ini bentuk partisipasi dan dukungan masyarakat serta gereja terhadap Ambon smart city dan kota musik dunia. Pemkot memberi apresiasi penuh. Dengan harapan event ini tidak berhenti di tahun 2019, tapi terus berlanjut tiap tahun. Sebab KKA Cup juga berperan dalam pembinaan dan peningkatan potensi serta sumberdaya warga gereja. Terutama lomba solo pendeta karena baru pertama kali dan tunjukkan potensi lain diluar berkhotbah,” ungkap sekretaris kota Ambon A.G.Latuheru saat pembukaan KKA Cup 2019 di Gedung Teater Taman Budaya Ambon, Jumat (30/8/19) kemarin.
Niatan Pemkot menjadikan Ambon kota musik dunia sebut Latuheru banyak mendapat dukungan. Tapi dilain sisi ada pula yang mengkritik dan tidak paham maksud itu. Padahal poin pentingnya adalah sebagai investasi sumberdaya manusia jangka panjang 5 hingga 10 tahun akan datang bukan saat ini serta upaya city branding mengejar ketertinggalan dengan kota-kota lain di Indonesia dan meningkatkan daya saing di berbagai sektor dan wujudkan kesejahteraan masyarakat.
“Ambon tidak punya sumberdaya alam melimpah, tapi ada brand dan jadi pintu masuk bisnis, ekonomi di Maluku. Maka harus dimanfaatkan secara baik. Apalagi Ambon saat ini masuk top 45 IPP 2019 dengan inovasi city of music dan masuk jadi salah satu kota menuju 100 smart city. Kami minta dukungan dan doa dari pelayan dan potensi warga gereja di KKA khususnya supaya niat ini bisa terwujud di tahun 2019. Mari dukung visi Ambon harmonis, sejahtera dan religius,” ajaknya.
Sementara, wakil sekretaris umum MPH Sinode GPM Pendeta Ace Soukotta mengaku, MPH menyambut sukacita KKA Cup 2019 walau ada 6 dari 20 jemaat tak terlibat. Padahal ini ruang ekspresi umat dan kesempatan jumpa potensi gereja dalam meningkatkan talentanya. Karena semua punya tugas melayani lewat talenta yang ada sehingga harus dikembangkan, sesuai tema KKA Cup melayani untuk memuliakan Tuhan. Selain memang generasi muda gereja perlu dididik meningkatkan kualitas intelektual, moral dan sosial sebab masa depan gereja dan bangsa di pundak mereka.
“Event ini juga meningkatkan mental spiritual pelayan dan umat, kualitas moral, sosial ditengah masyarakat majemuk bukan soal juara saja. Juga merajut nilai-nilai baik supaya iman kepada Kristus kuat. Kerukunan dan keutuhan bersama tetap kokoh dan harmoni bak paduan suara walau berbeda suara tapi mampu mengatasi persoalan. Bijak menggunakan medsos sebab sering semua kita salah. Lewat even ini pun alam lingkungan bisa dirawat. Jaga jati diri sebagai warga kota yang baik, junjung sportifitas supaya datangkan manfaat bagi warga gereja dan masyarakat di kota,” tutur Soukotta.
Sebelumnya, ketua panitia KKA Cup 2019 Elviana Pattiasina dalam laporan katakan, ini cara KKA menjaga kualitas dan harmonisasi umat, memberi ruang bagi warga gereja mengembangkan potensinya dan memperkuat kualitas rohani, memotret kehidupan lewat teknologi.
“Hanya 14 dari 20 jemaat yang terlibat. Untuk lomba solo anak 7-9 tahun diikuti 20 peserta, 10-12 tahun 24 peserta, vocal group 5 tim, PSDC 14 tim, solo pendeta 15 orang, debat Bahasa Inggris 11 tim dan video Vlog 5 tim,” demikian Pattiasina. (MR/PJ)
Discussion about this post