AMBON (info-ambon.com)- Sebanyak 38 grup ikut festival olahan pangan lokal Amboina. 38 grup terdiri dari TP-PKK Kota Ambon, TP-PKK Desa/Negeri dan Kelurahan. Kegiatan selenggarakan oleh TP-PKK Kota Ambon untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-488 Kota Ambon tahun 2023 pada 7 September, yang dilaksanakan di Pattimura Park, Selasa (5/9/2023).
Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh PJ Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena dengan memukul salah satu peralatan dapur yakni, Teflon didampingi Sekot Ambon, Agus Ririmasse, Ketua TP-PKK Lissa Wattimena, Ketua DWP Kota Ambon, Hane Ririmasse.
PJ Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena menyampaikan, salah satu faktor penting yang mempengaruhi terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas adalah konsumsi pangan. Bukti empiris menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dimana status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan.
Sesuai Undang-Undang No 18 tahun 2012 tentang pangan pasal 60 menyatakan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban mewujudkan keanekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan mendukung hidup sehat.
“Festival ini merupakan salah satu cara pengenalan kepada masyarakat lokal, bahwa pangan non beras yang mempunyai nilai gizi dan cita rasa, namun juga kreativitas pengolahan dan penyajiannya dengan nilai komersial yang tinggi,” jelasnya
Dijelaskan, festival ini menjadi motor penggerak UMKM untuk lebih kreatif dan bisa bersaing kompetitif dengan produk olahan lainnya.
“Olahan pangan lokal ini dilakukan merupakan upaya pemerintah dalam penanganan stunting sebagai wujud menciptakan generasi emas tahun 2045 dan peningkatan ekonomi masyarakat,” terangnya.
“Upaya ini juga sejalan dengan upaya Pemkot, untuk melakukan penanganan inflasi di Kota Ambon tidak boleh hanya bergantung untuk mengkonsumsi beras, sudah saatnya kita lebih kreatif dan mengalihkan menu makan kita
khususnya untuk karbohidrat ke non beras,” tambah Wattimena.
Dikatakan, masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan sangat mempengaruhi dan menimbulkan persoalan pembangunan di masa yang akan datang. Sebab aktif dan produktif dapat diwujudkan apabila makanan yang dikonsumsi sehari-hari mendukung program pemerintah dalam memerangi stunting.
“Sumber karbohidrat non beras yang ada di sekeliling kita tersedia di seluruh wilayah Kota Ambon, baik di pekarangan, kebun misalnya sagu, ubi jalar, singkong, sukun, pisang dan lain. Ini menjadi tantangan bagi kita bagaimana makanan olahan yang berasal dari bahan pangan lokal, non beras tersebut dengan tetap mempertahankan nilai gizinya,” tutup Wattimena. (EVA)